Deeana memungut sampah yang bertebaran di lantai kamar nek Ami, di lantai itu sangat banyak sekali sampah dari mulai sampah kering hingga sampah basah pun ada. Entah sudah berapa jam Deea membersih kan kamar ini, ia tidak tahu sekarang jam berapa, karena si penunjuk waktu sudah tak memiliki fungsi, sedangkan ponsel nya mati, terakhir ia menggunakan nya ketika memberi pesan kepada Sultan, setelah nya mati, padahal Deea ingin sekali ke sekolah karena ini hari di umum kan kelulusan nya, tapi apa boleh buat Deea tidak bisa membantah perkataan nek Ami. Deea hanya bisa berdoa semoga Deea masih sempat datang ke Sekolah walau telat.
Sementara itu seorang wanita tua tengah berdiri di depan pintu sambil membawa jus, netra nya fokus melihat ke arah gadis yang sedang membereskan kamar nya.
"Gak ada yang gratis parasit, kalau mau hidup enak ya kerja",gumam nek Ami sembari menampilkan senyum smirk nya. Dia tahu mungkin ini terlalu berlebihan dengan mengacak-acak kamar nya yang sudah rapi dengan cara menumpahkan beberapa makanan hingga minuman serta menaburkan sampah, tetapi ia merasa kesal dengan tingkah Deeana yang seolah-olah manusia paling benar sehingga anak dan menantu nya menampung gadis itu. Lihat saja nanti, parasit itu akan keluar dari rumah mewah keluarga anak nya.
🏵️🏵️🏵️
"Clan, kamu baru aja pulang, masa iyah mau nganterin mamah, mamah naik taksi aja", ucap seorang wanita paruh baya kepada anak semata wayang nya. Wanita itu adalah Nuri, Nuri merasa tidak tega padahal meninggalkan anak nya yang baru saja pulang dari rumah sakit, tetapi butik nya sekarang sedang ada masalah yang mengharuskan ia meninggalkan anak nya.
Pagi tadi ketika diri nya dan Declan pulang dari rumah sakit, pegawai nya menghubungi nya bahwa sedang ada masalah di butik nya dan ia harus segera ke butik, tetapi supir yang bertugas mengantar keluarga Declan harus pulang karena anak nya yang sakit, pak supir pulang ketika sudah menjemput Declan dan Nuri dari rumah sakit, sedangkan suami nya masih berada di luar kota. Ia berencana memesan taksi tetapi anak nya ini bilang ingin mengantarkan nya karena takut terjadi apa-apa padanya, karena sekarang sedang ramai-ramai nya orang-orang memperbincangkan tentang pembunuh yang berkedok sebagai supir taksi.
"apa-apa an sih mah, Declan kan cuman nganter mamah doang, lagian kan Declan sudah sehat sekarang, apa mamah gak takut apa sama pembunuh yang nyamar jadi supir taksi",ujar Declan yang merasa kesal dengan ibu nya, ia benar-benar khawatir dengan bidadari nya ini, padahal kan jarak rumah ke butik tidak terlalu jauh, Declan juga mampu.
"Bukan masalah itu nak, kamu kan baru aja pulang kamu belum benar-benar sembuh nak, yaudah dari pada kamu khawatir mending mamah naik Grab aja",ucap Nuri akhir nya.
"Gak, pokok nya Declan tetep akan nganter mamah, gak ada bantahan !". Nuri yang tadi nya akan berbicara terhenti akan lontaran anak nya.
Declan lalu menuju ke kamar nya dan mengambil kunci mobil nya di laci, sedangkan Nuri hanya menggelengkan kepala nya, anak nya ini benar-benar keras kepala.
**********
Sesampai nya di butik, Declan duduk di sebuah kursi yang berada di sudut ruangan ibu nya ia membuka ponsel nya dan menghubungi kedua teman nya.
"Hallo Clan, pa kabar loh?! " suara sebrang telepon yang memekakkan telinga siapa lagi jika bukan Dimas.
"bae gua, lo ?",tanya Declan ke lawan bicara nya, tak lama terdengar suara sambungan yang kedua.
"wow, lo berdua pa kabar?! ", muncul suara Angga di seberang telepon dengan suara yang tak kalah keras, seperti toa. Untung saja ruangan ini sedang sepi karena ibu Declan sedang berada di luar ruangan bersama para pegawai nya.
"wanjir Ga, gak kurang keras apa, telinga gue kek serasa mo jebol denger suara loh! ", kesal Dimas kepada Angga, sedangkan Declan seperti biasa hanya mendengar kan saja tanpa menyahut.
"Hehe, sorry Dim gue soal nya kaget aja, kalian berdua hubungin gue".
"yeh, siapa juga yang hubungin loh, yang hubungin loh tuh si Declan bukan gue". Kata Dimas sambil terkekeh.
"yah pokok nya salah satu dari kalian deh yang hubungin gue, btw nih guys, gue ada info penting nih, band Cakra dah bebas di kantor polisi",ujar Angga yang berubah serius.
"emang nya band Chakra pernah di tangkep,ini penangkapan atas kasus pengeroyokan kan?"tanya Declan yang mulai tertarik dengan pembicaraan Angga.
"yoi Clan, kata bonyok gue sih, polisi berhasil nangkep salah satu orang yang gebukin kita dan ngungkapin kalau band Chakra dalang dari pengeroyokan kita", ungkap Angga.
"lah tapi kenapa band Chakra berhasil keluar?",tanya Dimas.
"Halah, loh kek gak tahu aja, semua kan kalau ada duit gampang, polisi yang kata nya mengayomi masyarakat, kalau ada duit mah yah ambil, gak peduli itu bener ape salah, zaman kan dah berubah ogeb".
"iyah yah, tapi emang bonyok loh kalau tahu ngapa diem aja? ",tanya Dimas, ia merasa heran kalau orang tua Angga tahu, kenapa mereka hanya diam saja.
"bonyok gue gak mau memperumit masalah, apalagi kakek nya si Arya itu udah bantuin perusahaan bokap gue",kata Angga.
"oh gitu... ",ujar Dimas sambil menganggukkan kepala nya, sementara Declan hanya terdiam seperti biasa sambil menyimak percakapan Angga dan Dimas, ia baru tahu kalau kakek Arya si vokalis band Cakra begitu baik, tidak seperti cucu nya yang kelakuan nya seperti iblis.
Mereka melanjutkan pembicaraan mengenai acara manggung dan jadwal latihan.
🏵️🏵️🏵️
"Akhir nya udah selesai juga! "seru Deeana dengan senang nya, ia beranjak keluar kamar nek Ami untuk membawa keranjang cucian ke tempat pencucian baju. Setelah meletakkan keranjang cucian ia melihat jam yang menggantung di dinding, sang waktu menujukkan pukul 10.00,itu arti nya pengumuman kelulusan sudah di umumkan, mata nya berkaca-kaca padahal ia ingin berjumpa dengan teman-teman sekelas nya, walau mereka tidak sedekat seoerti Carissa dan Tasyana, tetapi mereka selalu bisa menjadi penyemangat dan suporter bagi Deeana ketika mengikuti sebuah lomba mewakili sekolah. Mereka selalu menyiapkan kejutan ketika Deeana memenangkan lomba dan menjadi penyemangat ketika kalah.
Deea lalu berjalan ke arah tangga dimana ia akan mengambil ponsel nya untuk mengirimkan permintaan maaf kepada teman-teman nya terutama kepada Carissa dan Tasyana. tetiba ada seseorang yang menyenggol nya, ia dengan refleks langsung menutup kedua matanya, ia berfikir bahwa pantat nya sebentar lagi akan menyentuh dingin nya keramik, tetapi sudah lama ia tidak merasakan dingin nya keramik ia malah mendengar ringisan seseorang di bawah nya. Ia pun membuka mata dan melihat ke belakang dan betapa terkejut nya bahwa pantat nya bukan menyentuh lantai tetapi menindih Ishaq.