"Ya sudah ganti baju dulu sana bel, jangan lama-lama yah. Soalnya ngga enak sama mama Dina, kalau kelamaan nunggu di rumah sakitnya.." Lanjut Lia lagi.
"Siap Mel.." Sahut Bella yang kemudian masuk kedalam kamar untuk mengganti pakaiannya..
Setelah mereka sudah siap, Lia membuka pintunya. Ia melihat Irwan yang masih menunggu didepan kosan Bella, melihat Lia dan Bella berjalan menghampirinya. Irwan pun memberi isyarat untuk langsung menuju kedalam mobilnya, Irwan melangkah terlebih dahulu..
Irwan membukakan pintu mobil depan untuk Lia, tapi Lia malah membuka pintu mobil belakang dan duduk disamping Bella...
Irwan menghela nafas dan kemudian tersenyum melihat tingkah Lia itu, dan kemudian menutup kembali pintu mobilnya. Dan masuk kedalam mobilnya dan mengendarai mobilnya dengan cukup laju menuju rumah sakit tempat Papanya dirawat..
Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, mereka tidak bicara satu sama lain, suasana begitu hening. Sampai akhirnya Irwan menghentikan mobilnya di car park rumah sakit tersebut, dengan langkah panjangnya Irwan berjalan menuju kamar rawat inap Pa Pratama sesuai yang dikatakan mama Dina.
Sementara Lia dan Bella, sesekali berlari mengikuti langkah panjang Irwan supaya tidak tertinggal..
"Assalamualaikum ma.." Sapa Irwan kepada Mama Dina..
"Waalaikumsalam, kamu sendiri saja Irwan? Lia mana? Apa kamu belum mengabari Lia tentang keadaan papa?" Sahut mama Dina yang kemudian disusul dengan pertanyaan kepada Irwan..
Irwan tidak menjawab, ia hanya menoleh kebelakang. Dan tiba-tiba pintu kamar inap itu kembali terbuka, mama Dina tersenyum melihat orang yang membuka pintunya adalah Lia menantu kesayangannya itu...
"Assalamualaikum ma.." Sapa Lia..
"Waalaikumsalam.." Sahut mama Dina suaranya terdengar hangat..
Lia mendekat, kemudian mama Dina memeluknya. Kedua orang tua Irwan memang sangat menyayangi Lia, dan bahkan sudah menganggap Lia seperti anak kandungnya sendiri.
Walaupun Lia tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarga mereka, tapi mereka tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut karena mereka bisa menerima kenyataan itu dengan Ikhlas..
"Gimana keadaan papa, ma?" Tanya Lia khawatir..
"Kamu ngga perlu khawatir, papa hanya mengalami serangan jantung ringat saja. Karena papa terlalu lelah bekerja, tapi sekarang sudah membaik dan dokter bilang papa harus banyak-banyak istirahat. Untuk pemulihan kesehatannya, ngga boleh banyak pikiran dan ngga boleh denger kabar yang bisa bikin papa jadi shock.." Jawab mama Dina..
Lia pun terdiam, dan dengan mata yang berkaca-kaca Lia menatap wajah Pa Pratama yang sedang tertidur karena efek obat yang diberikan dokter..
"Ya Allah, bagaimana kalau papa dan mama tau tentang keadaan rumah tanggaku dengan mas Irwan sekarang. Mereka pasti akan merasa sangat sedih dan kecewa, apalagi sekarang keadaan papa cukup mengkhawatirkan.." Ujar Lia dalam hatinya..
"Atau, apakah ini adalah petunjuk dari-Mu Ya Allah.." Lanjut Lia dalam hatinya..
Lalu tiba-tiba Lia teringat dengan kata2 mba Ika semalam, kalau mba Ika bertahan dengan mas Agus karena Ara anak mereka. Maka mungkin Lia harus bertahan untuk mama Dina dan pa Pratama, mertuanya yang sangat menyayanginya itu..
Lia berdiri disamping mama Dina, mengusap-usap pundak mama Dina.
Kemudian mama Dina kembali berkata kepada Lia dan Irwan..
"Irwan, Lia. Setelah mama pikir-pikir, selama papa dirawat di rumah sakit. Mama akan menginap di rumah kalian, sampai keadaan papa benar-benar pulih, dan dokter mengizinkan papa untuk pulang ke rumah. Barulah mama dan papa akan kembali ke rumah kami, bolehkan?"
"Kalian tidak keberatan kan? Karena jarak rumah kalian tidak terlalu jauh dari rumah sakit ini, sementara jarak rumah papa dan mama cukup jauh." Jelas mama Dina lagi..
Irwan dan Lia saling menatap satu sama lain, sampai beberapa detik mereka masih bertatapan dan diam..
Kemudian Lia menundukkan kepalanya dan menghela nafas panjang lalu kemudian berkata, "Kami sama sekali tidak keberatan ko ma" Jawab Lia sambil tersenyum kepada mama Dina..
Irwan langsung menatap wajah Lia, karena ia cukup terkejut mendengar jawaban Lia barusan. Namun walaupun begitu Irwan tetap berusaha bersikap tenang dan tersenyum dihadapan mama Dina, yang sekarang ini sedang menatapnya..
"Kenapa Lia menjawab seperti itu, bagaimana kalau mama tau bahwa sekarang kami sudah tidak tinggal serumah lagi?" Ujar Irwan dalam hatinya..
Beberapa menit kemudian, Lia meminta izin kepada mama Dina untuk keluar dari kamar rawat inap Pa Pratama dan kemudian Lia duduk disamping Bella.
"Gimana Mel, keadaan om Pratama?" Tanya Bella..
Bella memilih untuk menunggu diluar, karena ia takut kalau ia tidak bisa mengontrol dirinya setiap kali melihat Irwan..
"Mama bilang papa hanya mengalami serangan jantung ringan saja bel, karena kelelahan bekerja. Jadi papa harus banyak istirahat, ngga boleh banyak pikiran, dan ngga boleh denger kabar yang bisa bikin papa jadi shock" Jawab Lia lirih.
"Alhamdulillah kalau begitu Mel, tapi kalau keadaan om Pratama seperti itu. Berarti lu ngga bisa dong kasih tau ke mereka kalau sekarang keadaan rumah tangga lu sama Irwan sedang..." Kata-kata Bella terhenti saat melihat Irwan datang menghampiri mereka.
Kemudian Irwan berlutut dihadapan Lia yang sedang duduk dan kemudian ia berkata, "Lia, kenapa tadi kamu jawab begitu ke mama? Nanti kalau mama tau kita sudah ngga tinggal serumah lagi gimana?" Tanya Irwan lembut.
"Mama ngga akan tau mas, kalau dia lihat aku masih tinggal di rumah kamu." Jawab Lia dingin.
"Maksud kamu Lia?" Tanya Irwan lagi, walaupun sebenarnya Irwan sudah bisa menduga apa yang Lia maksudkan..
Dengan berat hati, Lia menjawab dengan lantang dan tegas, "Untuk sementara waktu selama mama menginap di rumah kamu, aku akan kembali ke rumah kamu mas. Tapi dengan syarat, pertama walaupun kita tidur satu kamar. Tapi kamu harus tidur di sofa dan aku akan tidur di tempat tidur, kedua jangan pernah ikut campur lagi masalah urusan pribadiku. Termasuk jika aku ingin bertemu dengan Dika, ketiga kita hanya akan terlihat mesra dihadapan mama dan papa, tapi kalau dibelakang mereka kita biasa aja. Dan keempat, setelah keadaan papa benar-benar pulih. Aku minta secepatnya kamu urus perceraian kita mas."
Irwan pun menghela nafas mendengar kata-kata Lia tersebut, kemudian berkata, "Baiklah Lia, kalau memang itu sudah menjadi keputusanmu. Aku harap kamu bisa bahagia bersama Dika." Irwan pun melangkah meninggalkan Lia dan Bella.
Sebenarnya Irwan tidak rela kalau harus melepas Lia dari kehidupannya, tapi Irwan juga tidak ingin bersikap egois dengan memaksa Lia untuk tetap bersamanya. Karena ia tau, kalau Lia sudah cukup menderita selama ini karena perbuatannya. Walaupun sekarang Irwan sudah sangat menyesali dan menyadari kesalahannya, tapi Irwan tetap saja Ia tidak ingin memaksakan apa yang menjadi keinginannya, yaitu tetap bersama Lia hingga akhir waktunya nanti..
Irwan pun berusaha untuk melupakan apa yang menjadi keinginannya dan berusaha menerima kenyataan, kalau sekarang mungkin sudah ada orang lain di hati Lia.
"Lagi pula ini bukan kesalahan Lia atau pun Dika, aku yang bersalah..." Ujar Irwan dalam hatinya, yang berlalu pergi dengan penyesalan dihatinya...
Irwan kembali teringat, masa-masa indah bersama Lia yang dulu pernah mereka lewati bersama.