Seiring berjalannnya waktu, semua orang seperti di paksa lepas dari topeng tebal. Keinginan untuk bisa tampil terbaik di depan seorang yang di incarnya sudah habis masa. Semua kembali pada sifat dasar.
Bian yang merasakan hal itu, upayanya yang terlalu keras untuk meraih obsesinya berujung kehancuran akibat ulahnya yang menjadi tak sabaran karena satu waktu.
Kehadiran Devan yang menjadi penghalang di setiap gerak pendekatannya pada Nathan selalu saja menemuai jalan buntu. Bian yang terdesak hati untuk segera memeluk bahagia nyatanya hanya bisa menemuai kemustahilan akhirnya.
Kelanjutan hidupnya sudah di pastikan bertambah kelam. Jika sebelumnya Bian masih bisa untuk menahan diri karena harapannya masih kokoh berdiri, kali ini sudah tak ada lagi hal baik yang bahkan sekedar untuk teman berkhayalnya. Setitik kesempatan sudah seperti tak bisa di gapainya dengan percaya diri seperti dulu.