Permintaan Devan untuk mereda sikap keterbukaan Nathan hanya berakhir dengan abai. Pria jangkun itu tetap saja menarik lengan kecil Devan dengan paksa untuk di gandeng.
Jelas saja mereka berdua langsung mendapat tatapan menjatuhkan, bahkan saat keduanya baru saja membuka pintu kaca itu.
Nathan masih dengan kepercayadiriannya. Sedangkan Devan, remaja itu malah makin menundukkan kepala saat langkah mereka mengarah semakin dalam pada area kafetaria itu. Pengunjung yang sedang sangat ramai makin menambah situasi tegang untuk Devan, terlebih saat sekelompok muda-mudi tanpa sungkan menyemburkan tawa.
"Ekhem!" deheman keras Nathan seketika membuat suasana menjadi sangat senyap. Devan yang penasaran pun sontak saja mendongakkan pandang, Nathan yang berjalan memimpin di depannya seperti membuat peringatan hanya dengan arahan kepalanya yang seperti menyasar pandang tajam untuk semua orang.