Setelah kejadian pertengkaran antara kubu Devan dan Bian, sekolah seperti semakin tak kondusif. Devan yang dari awal memang tak menyukai pembullyan, semakin diberi sulutan kemarahan. Bian, pria itu terus saja mengusik Devan. Pria itu bukan menyasar orang lain lagi untuk membuat keributan, Devan sudah seperti menjadi langganan tetapnya saat ini.
Seakan tak ada hari untuk Devan fokus pada kegiatan belajarnya, Bian selalu datang bagai anakan iblis yang diutus Nathan sang rajanya.
Seperti saat ini, Devan yang masih mengulas senyum setelah keluar dari mobil Mike pun secara sekejap mengetatkan bibir. Sebuah dorongan keras dari belakang tubuhnya membuat Devan hampir jatuh terjungkal, untung saja pria itu sudah melatih kekuatan otot kakinya yang mulai terbiasa dengan kejahilan semacam ini.
Napasnya pun menghembus pelan. Sejenak matanya tertutup rapat, dengan telapak tangan yang makin erat memegang tali ransel miliknya.