Sudut hati sensitif Devan tersentil. Nathan yang terus saja berucap tak berguna dengan akhiran topik bahasan yang berusaha di hindari Devan, tentang kejadian raba-meraba di toilet sekolah lantai satu. Sontak saja Devan merasa sangat marah. Ia pun berdiri dari duduknya dan kemudian membalik tubuh menghadap pada Nathan yang malah merespon santai. Bagaimana emosi Devan tak kian tersulut? Wajah mungil pria itu sampai mengetat. Rahang kecilnya bahkan sampai bergerak karena terlalu kerasnya Devan mengeratkan gigi.
"Kau menyuruh ku kemari, sedangkan aku sudah disini! Lalu apa masalah mu, Nath?! Kau selalu saja mengomel pada ku mau aku diam atau pun membantah!" kekesalan Devan akhirnya tersalur. Suara normalnya yang di paksa keras dengan nada yang tinggi berdampak membengungkan telinganya sendiri. Meski pun begitu tak masalah untuk Devan, yang penting ia bisa menyalurkan ekspresinya saja.