"Satu kebaikan kecil mu memanggilkan Nathan untuk ku, bagaimana aku tak menjadi rakus untuk meminta lebih banyak bantuan dari mu?"
Devan masih menjadi pendengar hanya saja pandangannya sudah menyasar belas pada sekitaran yang malah menganggapnya angin lalu.
Nampaknya orang-orang kaya itu tak lebih punya hati untuk memberikan pertolongan kecil. Demi apa pun, Devan sudah akan terjungkal saat niatannya membenahi posisi berdiri Bian yang sepenuhnya bertumpu padanya itu.
"Bi, bisakah kau seperti beberapa menit lalu? Datang pada ku dengan langkah menggebu-gebu. Terlebih saat kau yang berkuasa, bodohnya aku yang tak segera menghempas mu jatuh."
"Hihi..."
Mendengar keluhan Devan malah hanya di balas tawa cekikikan oleh pria cantik itu.
Benar-benar memberikan ujian pada emosi yang di pacu, Devan sudah menggeram kesal alih-alih rangkulan tangannya yang malah membelit semakin erat.
"Kau memang bodoh, tapi tak lebih bodoh dari Nathan yang tertipu tampang memelas mu terus-terus."