"Dev, katakan pada kami, sebenarnya apa masalah mu?"
"Kau tak di izinkan lagi untuk menjadi seorang remaja mungil yang tertutup. Kau punya kami untuk menjadi tempat sampah mu…"
"Apa ada hal yang memang menganggu mu akhir-akhir ini? Sungguh, kita bisa membantu mu…"
"Apakah kau ada masalah dengan Nathan?"
Rentetan pertanyaan terus saja bergilir, sedangkan remaja pria yang menjadi sosok yang di khawatirkan masih saja bungkam dengan isak tangis yang seperti tak bisa untuk berhenti.
Sungguh, rasa Devan bukan berniat untuk membuat kawan-kawannya khawatir dengan kecemasan berlebih, hanya saja memang suasana hatinya yang sudah berubah sangat buruk. Dadanya terasa sangat sesak, bahkan suatu yang panas seperti menyumbat seketika pada pernapasannya. Rasanya sangat sakit hingga menangis adalah jalan satu-satunya.
