Sedangkan di sisi lain, seorang pria jangkun yang menatap sangat lekat pada objek yang menjadi intensnya kali ini. Netranya terlihat sangat merah, wajahnya pun demikian. Rahang tegasnya yang makin di perketat, hingga gurat otot di dahinya yang makin nampak jelas.
Bukan sesuatu hal yang sangat baik dengan kedatangannya yang seperti di buru waktu. Bukan juga pengorbanan setimpal untuk gairahnya yang sudah di ujung tanduk.
Meninggalkan Devan yang mengangkang di ranjangnya dan siap untuk di masuki, Nathan malah mementingkan kawannya yang kali ini bertambah di benci.
Bukan hal yang patut untuk di pertontonkan, tubuh kecil yang telanjang bulat dan sedang menangis tersedu.
Bian yang sudah ada di dekapkan seorang pria, ia yang terus meronta dengan jeritannya yang lantas. "Kenapa kau malah memeluk ku?! Dasar gila! Lepaskan aku bodoh. Kau bukan siapa pun, kau tak berhak seperti ini!" Bian sembari memukul dada seorang pria yang nampak tak peka dengan penolakan.