"Hei, sayang… Sekarang kau mendesah, kenapa saat tadi aku hendak memamerkan mu pada semua orang, kau malah menjelma menjadi patung?"
Nathan selalu saja berhasil membuat suasana yang awalnya romantis menjadi sangat canggung untuk Devan. Remaja mungil itu pun menjaga jarak tubuh mereka, mengalihkan pandang kearah jalanan depan yang gelap, punggungnya pun di sandarkan nyaman pada bantalan empuk di belakangnya. Wajah Devan saat ini sangat merah, bibir bawahnya yang masih berkedut di gigit sedikit lebih keras.