"Euhmmm!"
Aku merasakan tepukan tangan mungilnya di dadaku, meminta aku melepaskan ciuman ini, dengan terpaksa aku melepaskannya, Aku tidak ingin dia mati karena kehabisan oksigen.
Keduanya kini saling beradu nafas, Laras begitu tersengal-sengal, sedang Rafan tetap tenang meski kini dia juga terlihat menghirup banyak udara karena akibat ciuman mereka.
Rafan mengusap bibirnya dengan, membuat gadis itu tidak bisa melepaskan tatapannya.
tok.. tok..
"Arggh!"
Laras segera mendorong tubuh Rafan hingga pria itu terjungkal kebawah lantai.
"Maaf Mas, sebentar ya, itu pasti Bi Inem"
Laras segera turun dari ranjang itu, meninggalkan Rafan yang masih terduduk di lantai dengan perasaan yang masih belum sadar dengan apa yang terjadi saat ini.
Gadis itu Merapikan rambut dan mengelap bibirnya, dia lalu membuka pintu dan melihat kearah Bibi Inem yang berdiri di depan pintu kamar dengan membawa nampan besar yang bersisi baskom dan segelas susu.
