Aku membalut luka yang ada ditangan Rafan, lukanya cukup parah karena banyak pecahan kaca yang tertancap, aku sudah menyarankan agar bosnya pergi ke dokter atau memanggil dokter saja, tapi pria itu ngotot mengatakan tidak, dia bilang kalau dia baik-baik saja dan malah menyuruh dirinya saja untuk mengobati lukanya.
"Pak, ini lukanya parah banget, pulang nanti mampir dulu ya ke apotik, biar diobatin lebih baik lagi"
"Gak usah Laras, saya gak apa-apa" jawab Rafan masih dengan kengeyelannya.
Tok...tok!
"Masuk!"
Seno langsung masuk kedalam dengan tergesa, wajahnya terlihat panik ketika melihat Rafan yang kini duduk tepat di sofa dengan tangan terperban.
"Pak Rafan, Bapak gak apa-apa ? Saya lihat tadi ada Pak Vano..."
Aku menatap Seno kaget, ternyata Seno tau tentang Vano juga, berarti disini cuma dia yang baru tau tentang pria bernama Vano itu.
"Pak Seno kenal sama Pak Vano ?" Tanyaku penasaran.
Seno mengangguk cepat. "Kenal, dia..."