Chereads / Anti Sosial / Chapter 11 - Rafan Vs Vano

Chapter 11 - Rafan Vs Vano

"Lo tau Rafan ?"

"Rafan siapa ?"

"Ituloh... Rafan Zhafir Nareswara"

"Oh Tau tau, kenapa dia ?"

"Lo tau kan pas berita mobilnya kecelakaan terus katanya dia ngalamin kebutaan"

"Ya taulah, cuma orang yang gak punya TV dan Handphone yang gak tau berita itu kayaknya, kenapasih emang kok lo tiba-tiba ngomongin dia ?"

"Dia dateng loh kesini dan bener... Dia buta!"

"Serius lo ?!"

Laras hanya bisa mendengar pembicaraan dua wanita yang kini tengah merapikan riasan mereka lewat pantulan kaca besar yang berada di dalam toilet wanita, Aku berdiri di luar, disamping pintu masuk toilet itu, Bosnya sedang jadi bahan gibahan dan Dia seakan tidak mau ketinggalan menguping pembicaraan mereka.

"Iya, ya... walaupun sekarang gak bisa lihat, tapi kadar kegantengannya gak berubah tau, tetep stabil!"

Laras tersenyum geli ketika mendengar wanita berambut blonde itu memuji bosnya dengan wajah dan mata berbinar, Biasanya wanita yang memuji bosnya belum terlalu mengenal atau bahkan dekat dengan Rafan, si Killer penyiksa karyawan dengan tugas-tugasnya.

"Kalian belum liat aja dia di kantor kan ? kalo udah liat pasti gak akan muji begitu" batin Laras bersuara.

"Ya walaupun ganteng, tapi tetep aja ah, yang namanya cowok buta pasti beda sama cowok yang normal" sahut si teman wanita berambut blonde seakan tak sejalan dengan temannya itu.

"Bokap gue sempet loh mau jodohin gue sama Dia, udah sempet mau pertemuan keluarga ehhh... dia keburu kecelakaan"

Oh jadi ini Mantan perjodohannya

Laras semakin menjulurkan kepalanya kearah wanita yang masih sibuk bergosip itu, obrolannya semakin membuat Laras tertarik yang membuat Dia tidak bisa tidak menguping.

"Ngapain ?"

Laras seketika membeku, ketika ia sedang menguping sebuah suara berat mengintrupsinya, ia dapat melihat sepatu pantofel berwarna hitam berhenti tepat di depannya.

Perlahan-lahan Laras menaikan pandangannya, dengan senyum canggung ia pun menjawab... "Apa ?" sahut Laras seperti berbisik menahan malu.

Pria tinggi dengan texudo berwarna hitam itu kini menatap Laras dengan tatapan menelisik, Laras bagaikan maling ayam yang ketangkap basah oleh si pemilik ayam, malu... malu sekali!

"Ngapain Anda disini ? perasaan pestanya ada di dalam ruangan, bukan di toilet"

Iya, semua orang juga tau itu!

"Hmmmm... mmmm..."

Laras masih bingung menjawab pertanyaan pria asing itu, tapi masalah baru muncul lagi dengan datangan kedua wanita yang sedaritadi asik bergibah tentang bosnya kini berjalan kearahnya dan berhenti tepat di hadapannya, memandang keduanya dengan penuh tanda tanya.

"Ada apa ?" tanya wanita berambut pendek yang tak lain teman dari si wanita berambut blonde.

Tak ada yang menjawab baik Laras ataupun Pria di hadapannya itu, malah ketiga orang itu kini menatap kaearah Laras semua.

Aduh gimana nih?!

Laras terus memutar otaknya mencari alasan yang tepat, meski saat ini otaknya seakan berhenti beroperasi karena tatapan ketiga orang yang bahkan tidak Laras kenal.

"Hmmm... saya, saya... sedang mencari seseorang, saya kira Dia ada di toilet makanya saya menunggu Dia keluar" jawab Laras akhirnya meski dengan suara tersendat.

"Oh... gak ada kok, gak ada orang di dalam selain kita berdua, iya kan beb ?" ucap si wanita rambut blonde yang diangguki oleh temannya.

"Oh i...iya"

"Yakin Anda nungguin temen anda disini ? kenapa gak masuk kedalam ? atau Anda sedang Me...."

"Iya! iya saya memang sedang menunggu teman saya, tapi saya tidak masuk kedalam karena saya merasa panas di dalam" Laras langsung menjawab ucapan pria itu dengan penuh keyakinan, daripada pria itu berbicara hal yang akan membuatnya malu.

"Yaudah ayo masuk beb" ucap wanita berambut pendek sambil menarik tangan teman wanitanya, wajahnya yang jutek langsung membuat Laras menunduk ketika kedua wanita itu menatapnya.

Tinggal Laras dan Pria yang tidak dia kenal itu, lelaki itu terus menatapnya sampai membuatnya Risih dan tidak nyaman.

Dengan senyum kakunya Laras membungkuk pelan "Permisi" ucapnya berniat pergi dari hadapan pria itu.

***

"Selamat Malam para hadirin sekalian, mohon perhatian kalian semua untuk merapat kedekat panggung karena acara yang sesungguhnya akan di mulai sekarang ayo... ayo.. ayo merapat!"

Pandangan tajam dua orang itu langsung teralihkan begitu MC acara itu berbicara diatas panggung yang tersedia di pesta itu, Seno akhirnya bisa bernafas lega sekarang kerena perang dingin Bosnya dan Vano akhirnya bisa teralihkan.

"Nah! Ayo Rafan, Vano... Ini adalah saatnya pesta yang sesungguhnya"

Waktu menunjukkan tepa di jam dua belas malam, pesta masih berlangsung dan seakan semakin malam pesta itu semakin ramai saja dengan kunjungan tamu undangan yang tak habis-habis berdatangan.

"Malam ini, tepat di jam dua belas malam, saatnya kita mulai Cinderella Time! Nah... Dimohon kepada para tamu undangan untuk mulai mencari pasangan kalian, karena sebentar lagi Alunan Musik akan terdengar dan pada saat itu kalian sudah harus mempunya pasangan dan berdansa di lantai dansa yang sudah disedikan di tengah ballroom ini, Cepat... saya akan mulai menghitung dari Tiga... Dua..."

"Pak Rafan..."

"Jangan suruh saya ikut!"

Seno langsung terdiam begitu Rafan dengan tegas menolak, bahkan sebelum dia selesai menyelesaikan ucapannya.

"Tapi nanti Pak Rafan bisa di hukum"

Tak ada jawaban dari Rafan dan.... "Yasudah kalau bapak tidak mau, saya akan cari pasangan dulu" ucap Seno yang berniat pergi.

Srak!

Rafan langsung menarik tangan Seno dengan sorot mata tajam "Berani kamu pergi, bulan ini gajimu gak akan utuh!" ucap Rafan penuh penekanan.

Dia kembali menarik lengan Seno "Kita berpasangan saja, ayo dansa!"

APA ?!

Ya nasib jadi karyawan, gak bisa membantah apapun perintah bos.

Dengan terpaksa Seno menuruti ucapan bosnya, keduanya saling bergandeng tangan dan berjalan ke lantai dansa yang di sebutkan.

***

"Ayo!"

"Ehhhhh!"

Tubuhnya terperajat kaget begitu tangan kurusnya ditarik tiba-tiba oleh Pria yang tadi ia temui di depan toilet, Laras kaget bukan main dan mencoba untuk melepaskan genggaman pria.

"Lep..pas!"

"Gak ada waktu lagi, kamu mau kita di hukum ? MC bilang kita harus mencari pasangan"

"Iya... tapikan Anda gak..."

"Saya pintar dansa, kita pasti menang" sahut Pria itu.

Tangan Laras terus di tarik olehnya, meski mencoba berkali-kali melepaskan tapi tetap saja Dia tak mampu mengalahkan kuatnya cengkaraman pria tinggi itu, Laras bisa berdoa kalau pesta ini cepat berakhir.

"Tiga!"

Begitu MC selesai menghitung mundur, cahaya-cahaya yang menerangi ballroom itu perlahan-lahan mulai redup dan tergantikan dengan cahaya lampu yang remang-remang, alunan musik mulai terdengar, orang-orang di pesta itu mulai berdansa berhadapan dengan pasangannya.

Srak!

"Tenang saja"

Tubuh Laras membeku seketika begitu ia merasakan pinggang rampingnya ditarik mendekat pada tubuh pria tinggi yang namanya masih belum ia kenal, bisikan bisa itu membuat bulu kuduknya berdiri seketika.

Pria itu mulai bergerak, ia menuntun Laras untuk senantiasa mengikuti gerakan dansa yang ia lakukan, Laras benar-benar buta dengan tarian apalagi Dansa.

"Saya Javas, Anda ?"

Pria itu kembali berbisik, membuat Laras semakin tak nyaman dan mencoba memundurkan wajahnya tanpa pria itu melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang ramping milik Laras.

Bukannya merasa bersalah Laras malah melihat pria itu tersenyum, senyum menyebalkan yang sama persis dengan Bosnya, meski cahaya lampu begitu remang namun dengan jarak keduanya, Laras bisa melihatnya dengan jelas.

"Hadirin sekalian, jika musik tiba-tiba berhenti, hadirin diminta harus berhenti bergerak dan pose seromantis mungkin dengan pasangan anda, karena yang paling romantis itulah yang bisa menjadi pemenang" ucap sang MC yang membuat jantung Laras semakin berdegub kencang.

Games macam apa sih ini, dasar gila!

"Anda belum menjawab pertanyaan saya, nama Anda... ?" kembali, pria bernama Javas itu menanyakan namanya.

Demi Tuhan, Dia mau pulang!

Semua ini karena Rafan! kenapasih Dia harus ikut datang kesini, kalau hanya Seno yang ia bawa untuk menemaninya, Nyebelin!

Gara-gara Rafan sekarang dia harus menghadapi Cowok sinting di hadapannya.

Plup!

Musik tiba-tiba berhenti di saat yang bersama, Javas, cowok sinting itu langsung menangkup wajah Laras, mencondongkan wajah dan dengan berani mencium bibirnya.

Dia... Menciumku?!

Laras terpaku seketika, tubuhnya seolah berhenti bergerak bersamaan dengan cahaya lampu mulai menerangi ruangan itu, semuanya.... berpose seromantis mungkin, tapi tidak ada yang sekstrim Laras dan Javas.

Mata MC itu mulai mencari-cari mangsa yang akan menjadi kandidat pemenang, Dia memperhatikan satu persatu pose yang menurutnya sangat romantis dan tentu saja, siapa lagi kalau bukan...

"Yang berciuman, ayo maju kedepan, kalian sangat romantis, ayo ambil hadiah kalian!"

Kabur! saat itulah Dia merasa ingin kabur saja dari tempat ini.

Javas, pria sinting itu langsung melepaskan ciumannya dan tanpa berdosa ia tersenyum, tersenyum begitu manis sampai Laras ingin sekali menimpuk wajahnya.

Pria sinting ini.... Ada apa sih dengannya!

Prok... Prok... Prok!

Sorakan dan tepuk tangan tamu undangan semakin membuat Laras malu, wajahnya bahkan memerah dengan wajah tertunduk malu, sungguh... ia ingin kabur saja rasanya.

"Ayo!"

Demi Tuhan, Laras ingin sekali menampar wajah pria di hadapannya itu sekarang yang tanpa rasa bersalah mencium bibirnya dan sekarang tersenyum manis sambil mengulurkan tangan kearahnya.

"Laras!"

Dia melihat kearah orang yang memanggil namanya, disana, tak jauh dari tempatnya berdiri, Dia melihat Seno, Seno yang menatap kaget dirinya dengan Rafan disebelahnya.

Tamat sudah, tamat kamu Laras!

"Ayo!"

Javas langsung menarik tangannya, Laras malu setengah mati ketika semua mata tertuju pada mereka berdua, Javas dengan penuh percaya diri berjalan seperti membelah tamu dan menaiki panggung itu, berbanding terbalik dengan Laras yang sedaritadi hanya menunduk dengan perasaan menahan malu.

Bosnya

Seno

Laras seakan tak bisa berhenti memikirkan keduanya, entah apa yang mereka ucapkan dalam hatinya ketika melihat kelakukannya saat ini, belum lagi Seno yang pasti akan bertanya setelah ini, namun yang paling dia takutkan adalah... Bagaimana kalau kejadian ini sampai terdengar di kuping rekan kerja di kantornya.

"Wow! Kita sudah menemukan satu pemenang, para hadirin jangan merasa sedih, karena musik akan kembali terdengar dan disaat itu kalian harus mulai kembali berdansa, kita akan melakukan ini sampai menemukan juara kedua dan ketiga, jadi... ayo mulai!" ucap MC kembali mengintrupsi dan alunan musik kembali terdengar.

"Untuk kalian berdua, mohon tetap berdiri diatas panggung ya" ucap MC lagi kepada Laras dan Javas.

Yatuhan, kenapa gak langsung aja sih dia kasih hadiahnya!

"Siapa Seno ?"

Rafan bertanya dengan kening berkerut, keduanya kini tengah berdiri berhadapan dan sama sekali tak bergerak walaupun alunan musik sudah terdengar.

"Itu Pak... Laras..."

Wah... Seno tidak menyangka kalau Laras adalah orang yang cepat beradaptasi, liat saja baru di tinggal sebentar dia sudah menemukan pasangan dansa, tidak seperti dirinya yang hanya berdiri berhadapan dengan Bosnya yang bahkan tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Laras ? Kenapa Dia ?"

"Itu Pak, Dia disuruh naik keatas panggung oleh MC"

Rafan terlihat sedikit kaget, tapi ia kembali bisa menormalkan wajahnya. "Laras ? Memang dia berpasangan dengan siapa ?"

Seno bergidik bahu, lalu menatap kearah panggung yang kini gelap, membuat wajah Laras dan pasangannya tak begitu terlihat. "Tidak tau Pak yang jelas cowok" jawab Seno dengan lesu.

"Kenapa ? kamu gak suka psangan sama saya ?! saya juga cowok" ucap Rafan seolah mengetahui nada kecewa yang keluar dari mulut Seno.

"Enggak Pak enggak..."

Rafan terdiam, tapi seditik kemudian sudut bibirnya naik menampilkan senyuman dingin. "Saya pikir Dia wanita yang lugu, tapi ternyata..." ucap Rafan tanpa melanjutkan ucapannya.