Chereads / Earth Satellite / Chapter 2 - Chapter 2

Chapter 2 - Chapter 2

[Eeehhhhhhhhhhh...??] (Butler)

[Awawawa... a-apa yang harus aku lakukan? Mencari dokter a-atau menghubungi master? Awawa... w-what should I do?...(gumam-gumam)...] (Butler)

Setelah menerima tembakan kejutan sang butler yang awalnya memiliki ekspresi calm and refined, lost his composure. Professionalitas sang butler hilang terbawa angin dan dia mulai bergumam sendiri. She looks cute when she's nervous though.

[Ano... butler-san?] (Me)

[...(gumam-gumam)...] (Butler)

[Permisi... mbak pelayan? Kamu baik-baik saja?] (Me)

[...(gumam")...] (Butler)

Kelihatannya mbak pelayan sedang tenggelam dalam pikirannya. Oh ya! aku memanggilnya 'mbak' karena butler-san memang perempuan meskipun dia memakai seragam butler. That's why I thought it's odd. Seharusnya yang namanya butler pastilah pelayan laki-laki, lalu kenapa yang satu ini perempuan? Aku ingin tahu alasannya tapi tidak ada gunanya berpikir tentang itu terlalu dalam. Let's just ask the person herself.

So, bagaimanakah caraku menyakannya jika dia masih dalam keadaan seperti ini? Hmmm... Ah!

Setelah ku pikirkan sebentar aku menemukan ide cemerlang. Mulutku tersenyum jail memikirkan bagaimana reaksi butler-san nanti.

Aku berjalan menjinjit agar tidak menganggu konsentrasi butler-san ke balik punggungnya dan mulai memasang kuda-kuda. Kedua tanganku siap di depan dada. Aku pun mulai menghitung dalam hati. Satu... Dua... Ti...

[Gaaa!!!] (Me)

Saking semangatnya sampai-sampai aku mengeluarkan suaraku ketika hitungan ketiga. Kedua tanganku melesat masuk masing-masing ke dalam ketiak butler-san.

[Hyaaah!?] (Butler)

Ohhh~ such a nice reaction. Even so, I won't stop here. Tanganku langsung turun ke samping pinggang butler-san dan mulai menggelitikinya.

[Hyah!? Hya... haha... hahaha...] (Butler)

...(gelitik-gelitik)…

[Haha... O-ojou sa- ha... -ma... tolong haha... berhanti...]

[Nope~] (Me)

Kali ini sasaranku berganti kembali ke ketiak butler-san.

[Hyaah!?] (Butler)

.

.

.

1 menit kemudian...

.

.

.

[Hah... Hah... Hah.....] (Butler)

Butler-san terduduk di lantai dengan nafas terengah-engah.

[Fyuuuhhh...] (Me)

Aku mengusap dahiku sebagaimana orang yang merasa puas karena berhasil menyelesaikan sesuatu yang berat.

[Ojou-sama... You meanie...] (Butler)

[Sorry... sorry... but, that's make you calm down right?] (Me)

[Uhh...] (Butler)

Looks like she can't deny it. Aku mengulurkan tanganku guna membantu butler-san berdiri dan dia dengan enggan menerimanya.

[Umm... Ojou-sama apakah kamu yakin tidak mengingat apapun?] (Butler)

"Yep" ucapku dengan kedua tanganku di samping pinggang sambil membusungkan dada berlagak bangga.

[Hahh... Ojou-sama, itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan.] (Butler)

Butler-san mengeluh dengan tangan memegang dahinya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kelihatannya dia mengalami hari yang berat. Salah siapakah itu? Aku penasaran.

[Baiklah... Sudah cukup guyonnya. Kembali ke poin. Siapa aku? Dimana ini? Kenapa kamu memanggilku "Ojou-sama"? Dan masih banyak pertanyaan lain yang ingin aku tanyakan.] (Me)

[Saya dengan senang hati akan menjelaskannya satu persatu. Dimana saya harus memulainya?] (Butler)

Butler-san telah kembali ke mode profesional.

[Hmm... then, let's start with my name.] (Me)

Butler-san pun mulai menjawab pertanyaan ku satu-persatu.

Namaku Tsakiya Roseus dan aku merupakan putri dari salah satu keluarga bangsawan di suatu kerajaan di Bumi. Ohh... Syukurlah aku masih berada di Bumi. Aku kira aku terlempar ke suatu dimensi lain karena tubuhku dengan telinga runcing ini merupakan hal yang tak mungkin di Bumi. Still, aku penasaran apa yang terjadi dengan Bumi hingga bisa berubah sejauh ini, let's ask about it later. Jika ini masih di Bumi, aku pikir aku masih bisa beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Sekarang tanggal 30 Januari tahun 3001. Wow... Ternyata sudah hampir 1 milenium berlalu sejak zaman sebelum aku terbangun di tubuh ini. Btw, dari awal entah kenapa ketika berpikir maupun berbicara aku mencampurkan bahasa. Aku iseng mencoba menanyakannya, butler-san menjawab memang begitulah zaman ini. Bahasa utama tetap ada. Namun, karena terjadi pencampuran kewarganegaraan beberapa abad yang lalu, bahasa yang dipakai pun bermacam-macam dan mulai bercampur. Akibatnya, di zaman ini anak kecil berumur 10 tahun sudah lancar minimal 2 bahasa asing selain bahasa utama yang selanjutnya ketika berkomunikasi munculah kebiasaan untuk mencampur adukkan satu bahasa dengan yang lain.

Then, why can I understand the other language and even more so using it? Padahal sebelumnya aku selalu menggunakan satu bahasa saja. There's still some mystery left in my condition.

Next is my condition. Sesuai dengan yang ku perkirakan, aku sekarang berada di rumah sakit. Lalu pertanyaannya, mengapa aku bisa masuk rumah sakit? Butler-san menceritakan bahwa sekitar sebulan lalu, aku mengalami kecelakaan yang serius. Fortunately, dengan teknologi zaman ini, as long as you're not dead, kecelakaan separah apapun bisa disembuhkan. Hanya saja, terdapat efek samping dari proses penyembuhan itu yaitu tubuhmu akan memasuki koma dengan lama sama dengan tingkat kerusakan tubuhmu. Koma sebulan yang ku alami masih dianggap ringan. Unfortunately, aku mengalami kejadian tidak terduga. Amnesia. Sebenarnya, aku dapat menduga apa yang menyebabkan amnesiaku. But, let's ask butler-san to call the doctor later. Better to leave it to the professional. Ah! Mumpung ingat, sekalian saja tanyakan hal yang mengangguku sejak tadi.

[Omong-omong butle-] (Me)

[Arthur.] (Butler)

[...?] (Me)

Belum genap kata-kata yang keluar dari mulutku, Arthur menyelaku, membuatku sedikit bingung.

[Tolong panggil saya Arthur. I have a name. Please use it to call me.] (Butler)

Arthur dengan tegas mengingatkan aku. Meskipun kita berada dalam hubungan master and servant. Tetap saja tidak sopan ketika orang yang diajak berbicara sudah memperkenalkan diri. Apalagi, kita sudah mengakrabkan diri tadi.

[O-okay... Aku tadi tidak memperhatikan kamu karena masih memikirkan banyak hal. I'm sorry Arthur...] (Me)

[Good, Apologies accepted. So? Ojou-sama? Apa yang kamu ingin tanyakan berikutnya?] (Arthur)

[Umm... Yang ada di kepalamu... apakah itu antena?] (Me)

[Hmm? Oh! Apakah ini yang anda maksud?] (Arthur)

Arthur menempelkan tangannya ke bagian samping kepala. Wait! Sepertinya aku belum menjabarkan keanehan penampilan pelayanku yang satu ini. Arthur, with her tuxedo butler has an androgynous beautiful face, yang dapat membuat orang mengira dia seorang laki-laki jika bukan karena lekukan pada tubuhnya. Dengan tinggi lebih sedikit dariku dan pupil mata biru sapphire, serta rambut pirang yang dikuncir kuda, membuatnya terlihat seperti ksatria jika terdapat pedang di samping pinggangnya. Aku tebak pakaian apapun akan cocok dengan dia.

Dibagian samping kepala Arthur, tempat dimana telinga biasa berada, terdapat semacam antena sebagai ganti telinga. Arthur menjelaskan bahwa antena tersebut menandakan dia adalah seorang droid.

[Droid...?] (Me)

[Yes.] (Arthur)

[Really?! You're Droid with that many expressions? Setahuku Android tidak memiliki emosi dan kalau berbicara mengeluarkan suara kaku robot dengan muka datar. Bukankah begitu?] (Me)

[Apa yang Anda katakan Ojou-sama..? Jaman sekarang setiap droid punya kepribadian masing-masing dan kita punya hak asasi tersendiri. Anda seperti baru saja mengalami perjalan waktu dari abad ke-21.] (Arthur)

Ya! Itu benar-benar tepat! ...itu yang ingin aku katakan, sayangnya aku tidak bisa. Aku takut bagaimana reaksi Arthur jika dia mengetahui bahwa orang didepannya bukan yang biasa dia kenal lagi.

[Hmm? Ojou-sama... Jangan-jangan Anda...] (Arthur)

Glek.

Aku menelan ludahku, menanti apa yang ingin Arthur ucapkan.

[Jangan-jangan Anda tidak hanya melupakan ingatan Anda tapi juga ingatan tentang hal normal yang ada di jaman ini?] (Me)

[Yes...] (Me)

Fiuh.... Hampir saja ketahuan.

[This is troublesome. Saya harus segera melaporkan masalah ini kepada master.] (Arthur)

[Master?] (Me)

[Ayah Anda, Satreia Roseus. Beliau memegang kendali atas kontrak kami, para pelayan. Itulah mengapa kami memanggil beliau Master.] (Arthur)

[Kalau begitu langsung saja laporkan kepada Ayah.] (Me)

Arthur menjawab dengan "Yes." sambil mengangguk. Kemudian, dia memejamkan matanya.

Tak kurang dari 1 menit, dia membuka matanya kembali.

[It's done.] (Arthur)

[...?]

Tanda tanya muncul di atas kepalaku. Dia tadi hanya memejamkan matanya kan? And then.. "it's done." What was that?

[Itu tadi telepati.] (Arthur)

[...?!]

Kejutan baru datang. Membuatku tidak bisa berkata-kata. Sure, I know this is a sci-fi world. This is too much for me to understand. Pertama Elf, lalu droid, sekarang telepati, selanjutnya apa? Magic? Belum lagi masih ada pertanyaan yang belum terjawab. Ah sudahlah... There is a saying "You lose when you think too much." Mungkin, kalimat itu cocok untuk situasi saat ini.

[Oh ya.. tadi ada balasan dari Master, sepertinya beliau akan berkunjung kesini.] (Arthur)

[Wha... Say that sooner!!]

Hahh... What a bizzare day. Mengeluh untuk yang kesekian kalinya. Aku berpikir aku tidak bisa bertahan hingga malam tiba sebelum aku kelelahan, jika hari ini tetap berjalan seperti ini.

Tidak tahunya ternyata malam yang kutunggu datang lebih cepat dan malam tersebut berjalan lebih bizzare daripada sebelumnya.