Chereads / Earth Satellite / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

[Well then... Kapan Ayah datang berkunjung?] (Me)

Kami pun melanjutkan pembicaraan. Aku bertanya kepada Arthur sembari dia menyeduh teh dan menyiapkan makanan ringan.

[Beliau akan datang sekitar setengah jam lagi. Setelah mendengar keadaan Anda, Ayah Anda langsung meninggalkan pekerjaannya dan bergegas ke sini.] (Arthur)

I guess I have a good family in this world.

Semerbak wangi melati tercium di hidungku. Teh melati tersaji dalam cangkir. Aromanya membuktikan bahwa teh tersebut disiapkan telah dengan baik.

Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai butler, Arthur duduk disampingku. Kami duduk di sofa berbentuk tapal kuda dengan meja bulat ditengahnya. Hmm? Master and Servant duduk bersampingan? Aku menerima kritikan saat menanyakannya kepada Arthur. Dia berkata aku seperti orang dari abad pertengahan. So cruel... Padahal aku hanya ingin tahu. Di zaman ini posisi antara master and servant tidaklah jauh berbeda. Selain dalam kegiatan formal, pelayan seharusnya diperlakukan layaknya seorang teman.

[Omong-omong, siapa yang memberimu nama Arthur?] (Me)

Arthur menjawab dengan membuka telapak tangannya dan mengarahkan ujungnya kepadaku.

[...]

[Aku?] (Me)

[Yes. Saat Anda kecil ketika kontrak sedang berlangsung, Anda mengusulkan nama Arthur untuk saya. Anda mendapatkan ide nama ini setelah menonton sebuah film dimana tokoh-tokoh di masa lalu dipanggil dan dijadikan servant kemudian bertarung secara battle royal untuk memperebutkan sesuatu.] (Arthur)

Ugh... That's sound like a game that I play. Alur cerita seperti itu masih bertahan hingga zaman ini?

[Bagaimana dengan pakaianmu? Kamu perempuan kan? Kenapa tidak memakai pakaian maid dan malah memakai pakaian butler?] (Me)

Arthur menambah satu tangan dalam menunjukku.

[Aku lagi??] (Me)

[Yes, Ojou-sama. Anda dulu berkata Anda bosan dengan maid droid yang ada dalam keluarga Roseus dan Anda ingin sesuatu yang berbeda. Akhirnya, beginilah jadinya.] (Arthur)

Mengakhiri kalimat dengan menggerakkan kedua tangannya dari atas ke bawah, Arthur bermaksud untuk menunjukkan penampilan yang ia kenakan.

Sigh... So, all of the oddness in Arthur was caused by me. Ah! not from me, but from this body childhood time.

[Dan kamu tidak protes atas hal itu?] (Me)

[No, Not at all. Hal tidak penting seperti nama dan pakaian yang saya gunakan tidak perlu diperdebatkan.] (Arthur)

Nama dan pakaian itu penting bagi sebagian orang, tahu... Aku terkadang bingung tentang bagaimana cara orang memanggilku atau bingung menentukan nickname untuk karakter gameku. Bahkan, banyak orang membutuhkan waktu lama dalam memilih baju hanya untuk bertemu orang lain. Coz... you know... First impression is important. Seperti halnya bagaimana aku melihat Arthur untuk pertama kalinya.

[Umm... Arthur... Can you stop with the "Ojou-sama" thing?] (Me)

[May I ask what do you mean by that?] (Arthur)

[I mean... Aku tidak biasa dengan formalitas. Lagian... Arthur! Kamu terlalu formal! Gaya bicaramu saat ini terlalu kaku. Kamu sendiri yang memberitahu bahwa servant harus diperlakukan layaknya teman. Then, you should do the same. It's just the two of us in here. So, buang saja formalitas itu untuk sekarang dan ayo bercakap layaknya teman dekat.] (Arthur)

Aku secara tak sadar berdiri ketika mengucapkan hal itu sambil mengulurkan tanganku ke Arthur sedangkan Arthur hanya melongo menatapku.

[...]

Kesunyian datang menyelimuti ruangan.

[Hey Arthur! Please say something!] (Me)

[Ah! I'm sorry... It just... Aku tidak pernah memikirkan hal seperti itu. Sebagai droid aku sudah diprogram untuk selalu melayani dan menghormati tuanku. Jadi, pemikiran seperti itu tidak pernah terlintas dibenakku.] (Arthur)

[Okey, kalau begitu untuk selanjutnya panggil aku dengan namaku.] (Me)

[Baiklah Tsakiya...] (Arthur)

[And no formality when it's just the two of us!] (Me)

[Ugh... Oke Tsakiya...] (Arthur)

[Yep!] (Me)

Tidak lupa senyuman lebar aku berikan kepada teman baruku ini.

Siplah... Dengan begini aku sudah mendapat teman pertamaku, meski itu hanya pelayanku sendiri. Sebab, dalam memoriku yang berasal dari abad-21, aku tidak memiliki teman dekat dalam kehidupan lamaku. Hiks...

Selain itu, dulu aku juga orang yang pemalu, apalagi terhadap orang asing. Entah kenapa sekarang aku bisa lancar berkomunikasi dengan orang lain, bahkan bersenda-gurau dengan orang asing yang baru aku temui. Mungkinkah kepribadian dari tubuh ini bercampur denganku?

[Untuk merayakan pertemanan kita, aku punya satu permintaan ke kamu.] (Me)

[Um. Oke, Apapun akan kulakukan untukmu Tsakiya.] (Arthur)

[Yosh... then, can I touch your antena?] (Me)

[Eh?!] (Arthur)

Dor!! Satu tembakan kejutan untukmu Arthur, I like your surprised expressions.

[I'm just curious. Antenamu terlihat sangat keren. Aku ingin tahu teknologi apa yang digunakan untuk membentukmu.] (Arthur)

Aku berkata seperti itu dengan cengir di mulutku. Dan... Arthur menutupi telinganya dengan tangannya. Melindungi diri dari tatapanku. Uh-oh, she looked at me like she saw an insect.

[No! No! I'm not gonna doing anything pervert. Aku masih belum percaya apakah kamu benar-benar sebuah droid. Habisnya... ekspresi Arthur selalu menarik sih...] (Me)

[Hahh... Don't say something that will make people misunderstood. But, really? Kamu masih belum yakin bahwa aku ini seorang droid?] (Arthur)

[Yes...] (Me)

[Baiklah kalau begitu, kamu boleh menyentuhnya. Hanya saja ada syaratnya...] (Arthur)

[Apapun itu akan kuterima.] (Me)

Tanpa pikir panjang aku langsung menyetujuinya. Tak menahu bahaya yang akan datang selanjutnya.

[Yakin ngak pingin dengar syaratnya dulu?] (Arthur)

[Yep, yakin.](Me)

[Beneran?] (Arthur)

[Ahh! Sudahlah! itu bisa nanti saja. Cepat mendekat dan balik badan, biar aku bisa memperhatikan dengan lebih dekat.] (Me)

[Yes...yes... Kamu masih saja tidak sabaran seperti dulu Tsakiya.] (Arthur)

Sudah tidak sabar untuk mengotak-atik teknologi zaman ini, aku mengabaikan apa yang dikatakan Arthur.

The truth is I have a slightly weird switch. Sebelum aku datang ke zaman ini, ketika bertemu teknologi baru yang kupikirkan adalah bisahkah aku membongkarnya dan mempelajarimya. Dan ketika switch ku on, aku akan fokus sampai-sampai menghiraukan yang disekitarku, seperti sekarang ini.

Hum...♪ Hum...♪ Hum...♪

Sambil bersenandung aku mulai mengotak-atik antena Arthur. Menyentuh antena tesebut dengan lembut, memperhatikan detail bentuknya yang seperti mini headphone stylish dengan antena kecil menyeruat ke atas, melepas headphone tersebut dari kepala Arthur, lalu memperhatikan kembali detail bagian dalamnya, sembari mencoba mencari bagian yang bisa dilepas-pasang. Setelah puas dengan antena kiri kemudian pindah ke antena bagian kanan hingga tak terasa 10 menit berlalu.

[Fuuaaah... Teknologi zaman ini memang mantap. Apa ada bagian lain yang bisa aku bongkar Arthur?] (Me)

Rasa ingin tahuku belum terpuaskan meski aku bakal tidak paham dengan semua teknologi yang aku lihat tadi. Beginilah jadinya jika tombol switch ku sudah dinyalakan, tidak akan berhenti sampai puas.

[Masih belum puas? Kamu makin aneh disetiap detik berlalu...] (Arthur)

[Ehehe... Thanks...] (Me)

[Itu bukan pujian!!] (Arthur)

Raut muka Arthur memerah kesal dengan "kiiihhh!" tertulis diwajahnya.

[So, Can I?] (Me)

Arthur menghela nafas sebelum menjawabku dengan gelengan.

[Nope, sekarang giliranku.] (Arthur)

[Eh? What? Giliranmu?] (Me)

[Yes, syarat yang aku bilang tadi yaitu aku gantian memegang telingamu setelah selesai.] (Arthur)

Arthur dengan seyuman lebar mengatakan syarat yang sudah aku lupakan tadi, yang hanya membuat bulu kudukku merinding dan instingku berteriak untuk kabur dari tempat ini.

Aku langsung menengok ke arah pintu keluar dan bergegas melarikan diri dari ruangan ini. Nahas pintu keluar yang aku tuju sudah terkunci, menutup satu-satunya jalan keluarku.

[You can't run Ojou-sama. Pintu itu sudah aku kunci seketika melihatmu melarikan diri. Lagi pula kamu sudah berjanji untuk memenuhi syaratnya.] (Arthur)

Suara Arthur yang datar dan dingin membuatku secara reflek menengok ke belakang. Melihat Arthur yang mulai mendekat secara perlahan layaknya monster yang siap menerkam mangsanya yang terpojok.

[Tu-tunggu Arthur, calm down a second and talk about this matter okay?] (Me)

[Do you know? Telinga elf merupakan salah satu benda yang paling ingin disentuh oleh banyak orang dikarenakan tekstur uniknya.] (Arthur)

Who's the one saying that weird thing?! Permintaan tolongku dihiraukan begitu saja oleh Arthur.

[A-Arthur, It's not good to have revenge you know?] (Me)

Sepertinya rasa balas dendam Arthur akibat bercandaanku terlalu tinggi sampai-sampai dia menghiraukan permintaan tolong tuannya untuk kedua kalinya.

[We will have a lot of fun this time, right? O-jou-sa-ma?]

[Nooooooo!!! Helppp meeee!!!]

Pada siang itu teriakan minta tolong seorang gadis terlepas dari sebuah ruangan pasien di rumah sakit. Sayangnya semua ruangan pasien di rumah sakit itu kedap suara membuat teriakan tersebut seperti angin sepoi-sepoi yang sekedar numpang lewat.