Chereads / ONLY LIFE ONCE / Chapter 26 - BAB 26 Ketemu Lusi

Chapter 26 - BAB 26 Ketemu Lusi

"Oke Frendy Om terima alasannya, tapi apakah kamu bersedia untuk kenalan sama putriku?" ucap Bapak Ricky sambil tersenyum. Aduh bagaimana nih masa ya aku tolak lagian selama kenal dengannya, belum pernah sekali pun kenal sama putrinya. Membuatku penasaran saja.

"Hmm... kalau boleh tahu untuk kenalan sama putri Om itu kapan ya?" ucap Frendy saking penasaran. Jika nanti aku enggak bisa bersama Lusi kan ada cadangan hehehe... walaupun belum ada perasaan suka sama anaknya, bukan berarti harus minder setidaknya ada rasa simpati berbagai hal bisa ngomongin di depan orang tuanya.

"Wah seperti Frendy penasaran ya sama putriku?" tanya Bapak Ricky sambil tersenyum. Aduh malu sekali selepas dengar bicara kayak gitu, "Hmmm... ya Om," ucap Frendy dengan wajah malu-malu.

Dengan keadaan begitu membuat aku merasa kurang yakin anaknya, apakah bisa menerima aku apa adanya? Detak jantungku bergetar sangat cepat. Padahal belum ketemu sama anaknya hehehe... secara tiba-tiba kok jantungku bergetar ya hahahaha...

Sementara ini aku perlu rasa suka sama seorang perempuan yang selama ini kupendam yaitu Lusi. Kemungkinan bakal urung tidak mengungkapin perasaanku kepadanya, hingga akhirnya kalau memang berjodoh pastinya bakal di pertemukan kembali.

Beberapa hari ini aku merasa kangen juga sama Lusi. Padahal sebelumnya boro-boro kangen yang ada malahan selalu di salip sama Firdaus. Mudah-mudahan saja kali ini tidak ada lagi cowok yang suka sama anaknya Bapak Ricky. Sedangkan selama berada di sisinya enggak terlalu begitu akrab, walau hanya sesaat mengobrolnya tapi cukup nyambung juga.

Pada akhirnya yang akrab sama Firdaus tapi aku yakin jodoh bakal di pertemukan kembali, apakah beda Kota? Apakah kita sedang liburan? Itu sih yang aku tahu selama ini. Semoga ke depannya aku bisa menyakinkan seorang perempuan bisa menerima apa adanya supaya kita saling memahami satu sama lain.

"Ya sudah Frendy tunggu di sini Om panggil dulu ya," ucap Bapak Ricky senyum kembali kepadaku. Keadaan seperti ini membuatku makin teringat kembali pada saat ada orang melamar pasangan di hadapan orang tua. Kapan ya seperti mereka? Ingin deh setiap pagi hari ada siapin makanan dan lain-lainnya.

Tidak berselang lama akhirnya aku ketemu sama anaknya Bapak Ricky. Enggak meyangka bahwa itu Lusi. Aduh makin deg-degan saja deh selepas melihatnya, wah gawat nih kalau secara tiba-tiba tanya Firdaus bagaimana? Masa ya ketemunya sama aku heh tanya apa kabarnya Firdaus jadinya aneh dong.

"Heh Frendy kenapa ada di rumahku?" tanya Lusi masih bingung kenapa ada aku di rumahnya. Walaupun pertanyaan seperti itu, bukan berarti aku harus down hadapannya. Sontak orang tuanya pun kaget bahwa aku sama Lusi sudah saling kenal, malah sebelum bertemu orang tuanya pun kita sudah saling kenal sejak lampau.

Jika nanti kita berdua di tanya sama orang tuamu jawabnya harus kompak ya hehehe... setidaknya kita sudah akrab begitu jangan tersinggung ya atas ucapanku, "Oh kalian berdua sudah saling kenal ya," ucap Bapak Ricky dengan ekspresi kaget sambil pegang sebuah cangkir isinya kopi.

Setelah lihat Bapak Ricky sedang minum kopi membuat aku ingin seduh kopi juga, sudah lama tidak minum kopi. Terakhir itu kalau enggak salah waktu SMP deh, itu pun kopi pakai es biar segar gitu hehehehe...

"Frendy kenapa lihat Om seperti itu?" ucap Bapak Ricky dengan ekspresi heran. Tapi aku harus jawab apa ya? Kalau misalkan jujur berarti bakal sebentar di sini deh, haha... sayang kalau sebentar lebih baik lama-lama di sini biar lihat paras wajah perempuan begitu cantik sekali bagaikan bidadari turun dari khayalan hehehe...

"Enggak Om kalau lihat membuat aku ingin minun kopi juga, oh ya hampir aku ke sini ingin mengembalikan motornya." ucap Frendy dengan sedikit gugup menjawab pertanyaan dari Bapak Ricky maupun Lusi. Buat apa ya lama-lama di sini kalau Lusi tidak begitu peduli sama aku, sedangkan Firdaus beh peduli banget malah selalu makan bersama di sebuah Restoran.

Perasaanku makin tidak menentu selepas memperkenalkan putrinya heh yang keluar dari kamar malah Lusi. jadinya membuat aku salah tingkah di hadapan orang tua maupun perempuan yang kucintai, cintaku lebih besar dari Firdaus. Semoga saja selepas kita ketemu di sini kamu makin akrab sama aku enggak canggung lagi.

Setidaknya bisa mengobrol seperti Firdaus pada saat kita ketemu di Bogor. Aku ingin kamu mengenal lebih dalam mengenai karakterku seperti apa, biar nanti kalau misalkan jadian dan memilih hubungan lebih serius. Aku siap berada di sampingmu apapun resikonya.

Tanpa peduli apa yang di omongin warga sekitar seperti lebay, norak, atau apapun itu siap menerima dengan lapang dada demi kamu seorang. Kalau pun kamu takut menjalin sebuah hubungan karena masa lalunya begitu kelam membuat Lusi tidak lagi buka hatinya.

Supaya kamu yakin sama aku, yang paling utama harus saling percaya satu sama lain. Dan aku tidak akan pernah menyakiti hatinya terhadap masalah yang harus hadapi berdua, malah aku siap setia sampai napasku telah berhenti di dunia ini.

Lebih tepatnya, aku akan selalu berada di samping sampai kita bisa menyelesaikan suatu masalah dengan kepala dingin. Tanpa mengandalkan hawa nafsunya paling di sukai sama Iblis, "Oh mau kopi, ya sudah Lusi yang akan buatin kopinya biar Frendy tidak kantuk." ujar Bapak Ricky sambil senyum.

y

Selama menunggu kopi datang aku sempat mengobrol sama Bapaknya, "Oh ya Frendy mau tanya boleh?" tanya Frendy sambil senyum. Aduh boleh, enggak, boleh, enggak ya, "Boleh masa enggak boleh memang mau tanya apa?" tanya Bapak Ricky dengan sedikit mengherankan.

"Oh ya Ibunya Lusi mana ya Om?" tanya Frendy dengan sedikit ketakutan selepas memberikan pertanyaan pribadi. Mudah-mudahan sih tidak marah kepadaku, "Ibunya Lusi heh enggak ada di sini sih lagi ke luar kota," ujar Bapak Ricky dengan wajah ingin marah kepadaku.

Waduh gawat nih marah kenapa sih aku harus berikan pertanyaan berkaitan dengan privacy, semoga saja aku memperbolehkan untuk berteman dengan Lusi. Walaupun kenyataan bakal pahit juga, sudah cukup buatku tanya berkaitan dengan urusan pribadi.

Apa perlu ya minta maaf dulu sebelum pulang ke kontrakan, tapi alasan apa ya? Semoga saja kali ini bisa memaafkan aku telah tersinggung atas ucapanku, sekaligus akuv mau minta izin ingin mengajak Lusi ke sebuah tempat menurutku bagus buat ngedate bersama Lusi. Yang penting tak perlu ngajak Firdaus.

Jagalah ucapan biar orang-orang

Sekitar tidak tersinggung atas ucapan

Yang keluar dari mulut kita.

(Frendy Nugraha)

Suatu saat kita bisa saling

Mengobrol dengan penuh ceria

Tanpa ada beban dalam diri kita.

(Frendy Nugraha)