Sinar matahari pagi masuk melalui celah korden kamar. Seorang wanita tua datang dan menyerbak korden tersebut membuat sinar matahari sepenuhnya memasuki kamar seorang gadis yang tengah terlelap ini.
"Yok pemalas bangun yok, udah maghrib. Kamu nggak mau kuliah?" ucap wanita tua itu.
Gadis yang terlelap ini, mulai membukakan matanya. Ia tersenyum memandang seseorang didepannya.
"Ngapain kamu senyum-senyum gitu?" ucap wanita tua itu.
"Mamah, kalo udah maghrib kenapa sinarnya terang begini?" jawab sang gadis.
Wanita yang dipanggil 'mamah' ini tersenyum balik. "Kalau mamah bilang pagi nanti kamu nggak bangun-bangun, putri pemalas" jawabnya.
Gadis itu tertawa, "Mamah bilang maghrib pun aku mau lanjut tidur lagi" ucapnya.
Mendengar ucapan 'anak'nya, wanita tua itu langsung menarik tangan anaknya hingga dia duduk dikasur. "Kamu nggak mau kuliah? Mau jadi begal nanti?" ucap wanita tua itu.
Gadis itu menghela napas, "Mah kuliah jam 9 ini masih jam 7"
"Jadi kamu mau bangun jam 9 gitu, iya? Anak gadis itu yah belajar bangun pagi siapin sarapan jangan malah tidur lagi" ucap wanita tua itu.
"Iya mamah, ini udah bangun" ucap gadis itu sambil tersenyum tak ikhlas.
Wanita tua itu mencubit pipi anaknya. "Kalau senyum itu yang tulus, apalagi sama mamah" ucapnya.
"Iya mah iya. Udah ah mau cuci muka dulu" ucap gadis itu.
"Ya udah mamah tunggu di dapur" wanita tua itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar anaknya dan pergi menuju dapur.
Gadis itu pun beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Didalam kamar mandi, gadis tersebut mengikat rambut panjang nya asal. Kemudian mulai menggosok gigi dan cuci muka.
Gadis itu bernama Loudhii Raen. Mahasiswi dari kampus X. Dia merupakan satu-satunya anak perempuan di keluarga nya. Cantik? Sudah pasti. Tetapi kalau disuruh bangun pagi? M.U.N.D.U.R. Pacar? Jelas belum punya, sampai sekarang Loudhii hanya fokus pada kuliah nya saja. Soal laki-laki, dia hanya berpikir 'besok kalau udah waktunya kan datang sendiri'.
Loudhii keluar dari kamarnya yang terletak di lantai dua dan berjalan menuju dapur dimana mamahnya berada.
Sesampainya di dapur terlihat mamahnya sedang memotong sayuran dengan posisi memunggungi Loudhi. Laudhii pun langsung memeluk mamahnya dari belakang dan mencium pipi kanannya.
'Cup'
"Pagi mamah" ucap Laudhii.
Mamahnya Laudhii mencubit tangan anaknya yang berada diperutnya. "Kamu yah, nanti kalau tangan mamah keiris gimana? Mau tanggung jawab" ucap mamah.
Laudhii melepaskan pelukannya dan menatap mamahnya dengan cemberut. "Mamah ih, ngomongnya" ucap Laudhii.
"Kenapa? Lagian kamu ngagetin mamah tadi, untungnya mamah nggak kaget" ucap mamah.
Laudhii kemudian memeluk mamahnya lagi. "Ya udah Laudhii minta maaf" ucapnya.
Mamahnya tersenyum dan kemudian melepaskan pelukan Laudhii. "Iya mamah maafin" ucapnya seraya mengusap kepala Laudhii.
Laudhii tersenyum lebar dan mencium pipi kiri mamahnya. "Mamah the best, sini laudhii bantu" ucap Laudhii.
Mamahnya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya yang seperti anak kecil. "Lain kali kamu yang masak yah. Mamah yang tidur" ucap mamah.
Laudhii yang mendengar langsung mengerucutkan bibirnya. "Nggak!! Laudhii nggak bisa masak sendiri" ucapnya.
Mamahnya langsung mencubit bibir manyun Laudhii. "Makanya kalau mamah lagi masak bantuin jangan tidur" ucap mamah.
Laudhii melepaskan tangan mamahnya dari bibirnya. "Mamah ih sakit" ucapnya seraya mengusap-usap bibirnya. "Iya mulai hari ini Laudhii mau belajar masak" lanjutnya.
Mamahnya pun tersenyum penuh kemenangan. "Nah baru anaknya orang lain" ucap mamah.
Laudhii yang mendengar ucapan mamah, mengerutkan dahinya. "Kok anak orang lain mah?" tanyanya.
"Soalnya anak mamah tuh pemales, kalau mamah lagi masak orangnya malah tidur nggak bantuin" ucap mamah.
Laudhii tersenyum meringis. "Mamah bener juga yah hehe" ucapnya.
Mamah dan Laudhii melanjutkan kegiatan memasaknya. Kali ini mereka memasak sayur kangkung dan lauk ikan. Setelah semua matang, Laudhii meletakan sayur dan lauknya di meja makan.
"Panggil kakak sana" perintah mamah.
"Emang belum berangkat kerja mah?" tanya Laudhii.
"Hari ini kakakmu berangkat jam 9 kayak kamu, nanti sekalian berangkat bareng aja" ucap mamah.
"Oke deh mah" ucap Laudhii.
Laudhii berjalan menuju kamar kakaknya. Kakaknya ini seorang laki-laki, sekarang dia bekerja di perusahaan temannya. Dia menjadi tulang punggung keluarga karena papah Laudhii telah meninggalkan mereka semua sejak Laudhii masih SMP karena kecelakaan. Kakaknya bernama Rendiansyah atau biasa dipanggil dengan Rendi.
Tok...tok...tok...
"Sarapan dulu hyung" ucap Laudhii dibalik pintu. Beberapa detik berlalu tetapi tidak ada sahutan dari si pemilik kamar. Akhirnya Laudhii memilih untuk berteriak di depan pintu kamar kakaknya.
"HYUNG SARAPAN, KAMBING TETANGGA AJA UDAH MELEK" teriak Laudhii.
Dan berhasil. Seseorang membuka pintu kamar tersebut dengan keadaan 'bangun tidur' nya. Rambut berantakan, muka kucel dan mulut menguap. Laudhii yang melihat menggelengkan kepalanya. "Buruk sekali" ucapnya.
"Apaan sih dek teriak-teriak" kesal Rendi.
"Salah sendiri diketok nggak keluar" ucap Laudhii. "Cuci muka sana hyung, buruk banget tuh mukanya" lanjutnya.
Rendi kemudian berjalan melewati Laudhii. Dan pergi menuju kamar mandi di dekat dapur. Laudhii menatap kepergian kakaknya dengan merasa iba. "Gantengnya diluar rumah kalau didalem astaghfirullah" ucap Laudhii lirih.
Laudhii mendudukkan dirinya di samping mamah dan tepat didepan kakaknya. Kini mereka sedang berada diruang makan untuk sarapan.
"Mah" panggil Rendi.
Mamah yang sedang memakan sarapannya menatap Rendi. "Kenapa?" tanyanya.
"Ini mamah yang masak? Kok tumben gelap sayurnya" ucap Rendi.
Mamah yang mendengar hal tersebut, terkekeh. "Adek kamu yang masak itu" ucapnya.
"Bener mah? Pantes gelap kayak orangnya" ledek Rendi.
Laudhii menatap kesal ke kakaknya. "Yang penting kan rasanya hyung" ucapnya.
"Udah makan aja, enak kok" ucap mamah.
Selesai sarapan, Laudhii mencuci semua piring kotor yang tadi dipakai untuk sarapan. Setelah selesai, Laudhii berjalan ke ruang TV dimana kakaknya berada.
"Hyung nanti berangkat bareng" ucap Laudhii.
"Nggak, hyung berangkat jam 9." ucap Rendi.
"Hyung ih, adek juga berangkat jam 9. Bareng ya" rengek Laudhii.
"Y" jawab Rendi.
"Sombong banget yah ini orang, ya udah hyung mandi sana" usir Laudhii.
"Iya bentar ah, kamu aja sana mandi dulu" ucap Rendi.
Laudhii pun menurut dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi kemudian memulai ritual mandinya. Tiga puluh menit berlalu Laudhi sudah siap untuk pergi ke kampus.
"Mamah, hyung mana? Adek udah siap ini" ucap Laudhi.
"Masih dikamar" ucap mamah.
Laudhi bersedekap dada. "Ck kebiasaan sininya siap sananya belum siap" ucapnya.
Rendi pun keluar dari kamarnya dan berpamitan kepada mamah. "Mah Rendi berangkat" ucapnya.
"Hyung lama banget sih" gerutu Laudhii.
"Ya udah sih ini juga mau berangkat" ucap Rendi. Kemudian Rendi mengambil kunci mobilnya dan pergi keluar.
"Hyung ih, ditungguin malah ditinggal" kesal Laudhii.
Mamah yang melihat menggelengkan kepalanya. "Udah sana susul nanti ditinggal" ucap mamah.
Laudhii pun berpamitan kepada mamahnya dan menyusul Rendi. Rendi sudah berada di dalam mobil dan Laudhii langsung masuk kedalam mobil.
"Pulangnya jemput apa sendiri?" tanya Rendi saat Laudhii sudah duduk di sampingnya.
"Jemput" jawab Laudhii.
"Sendiri aja, hyung sibuk hari ini" ucap Rendi.
Laudhii memutar bola matanya malas. "Ngapain tanya tadi" ucapnya.
"Pengin" ucap Rendi. Kemudian ia mulai menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan pekarangan rumahnya.
Lima belas menit kemudian, mereka sampai di kampus Laudhii. Laudhii langsung turun dari mobil dan melambaikan tangannya saat mobil kakaknya pergi meninggalkan kampus.
Laudhii berjalan menuju kelasnya. Ditengah perjalanan dia bertemu dengan 'senior' yang suka membully siapa saja termasuk dirinya. Grace, perempuan berdandan menor dan dua orang pengikut setianya, Lala dan Lili.
"Guys ada anak manja lewat, kasih jalan nanti nangis" ejek Grace.
Laudhii tetap berjalan menuju kelasnya tanpa menggubris ucapan Grace.
Grace kemudian menarik totebag yang dibawa Laudhii. "Eitss, bilang apa dulu dong ke kita yang udah kasih jalan" ucap Grace.
Laudhii menarik napas pelan dan menghembuskannya seraya tersenyum paksa. "Terimakasih kak" ucapnya.
Grace pun melepaskan tangannya pada totebag Laudhii. "Anak pintar" ucapnya seraya mengusap kepala Laudhii. "Sana pergi" lanjutnya dan mendorong bahu Laudhii.
Laudhii hanya diam saja diperlakukan seperti itu oleh Grace. Jika melawan sama saja dia memulai pertempuran. Laudhii pun melanjutkan langkahnya menuju kelas.
°°°
~TBC~