Chapter 2 - Kedua

Laudhii memperhatikan dosen yang sedang mengajar dengan serius. Sejak awal masuk dunia perkuliahan Laudhii berusaha untuk selalu fokus dengan materi yang diberikan dan sesekali bertanya jika dia kurang paham tantang materi yang diajarkan.

"Baik sekian untuk materi hari ini. Sudah jelas?" tanya dosen tersebut.

"Sudah pak" jawab sekelas.

"Kalau begitu saya permisi dulu. Dan pertemuan selanjutnya bapak akan mengadakan kuis jadi persiapkan diri Anda sebaik mungkin. Terimakasih" tutup dosen tersebut dan kemudian meninggalkan kelas.

Laudhii merapikan alat tulisnya dan pergi keluar kelas. Kelasnya sudah berakhir tetapi dia masih belum ingin pulang. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kampus.

Sesampainya di perpustakaan, Laudhii berkeliling untuk mencari buku yang berkaitan dengan materi yang tadi dibahas sebagai tambahan. Jemari Laudhii terus bergerak mencari buku yang diinginkan sampai ia menemukan buku yang dicarinya. Buku itu terletak di rak baagian atas dimana Laudhii harus berjinjit untuk mendapatkannya.

"Mamah help me, ini lah pentingnya nelen tiang waktu kecil huft.."ucap Laudhii lirih.

Laudhii terus berjinjit semampunya tetapi tangannya masih belum menyentuh buku yang dicari. 'Ini rak nya yang ketinggian apa akunya yang kurang gizi sih' gerutunya dalam hati.

"Ekhem, butuh bantuan?" ucap seseorang di samping Laudhii.

Laudhii berhenti berjinjit dan menoleh ke samping. "Ehm.. Bisa tolong ambilin buku putih yang diatas itu nggak?" ucapnya seraya menunjuk buku tersebut.

Seseorang tersebut langsung mengambilkan buku yang dimaksud Laudhii. "Ini?" ucap orang tersebut.

Laudhii menganggukan kepalanya dan mengambil buku tersebut dari tangan seseorang itu. "Terimakasih" ucap Laudhii.

Seseorang tersebut tersenyum. "Sama-sama" ucapnya.

"E.. Kalau gitu aku duluan" ucap Laudhii dan meninggalkan seseorang tersebut.

Laudhii berjalan menuju gerbang kampus setelah meminjam buku dari perpustakaan. Setelah sampai di depan gerbang, ia duduk di tempat yang sudah disediakan dan memesan ojek online melalui aplikasi go{grab}.

Lima menit berlalu dan ojek pesanannya sudah datang. "Dengan mbak Laudhii Raen?" ucap mas ojol.

"Iya mas" ucap Laudhii. Kemudian mas ojol mengantarkan Laudhii sampai di depan rumahnya.

"Ini uangnya mas" ucap Laudhii saat tiba di depan rumahnya.

"Iya mbak, jangan lupa kasih bintang yang di langit ya mbak." gurau mas ojol.

"Yah mas ojol, saya nggak bisa. Minta sama ibu dirumah yaa" gurau Laudhii balik.

Mas ojol terkekeh mendengar ucapan Laudhii. "Mbaknya bisa aja, ya udah saya duluan ya mbak" ucap mas ojol

"Iya mas hati-hati" ucap Laudhii. Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah.

"LAUDHII ANAK MAMAH PULANG" teriak Laudhii saat memasuki rumah.

Mamah yang sedang mengkhayati tontonan tv terlonjak kaget mendengar teriakan dari Laudhii.

"Kamu ini berdosa banget sama mamah" ucap Mamah.

"Maaf mah, abis Laudhii semangat banget ini" ucap Laudhii

"Wah tumben anak mamah yang pemalas ini semangat. Kenapa nih? Mamah mau dapet mantu yah?" ucap mamah meledek.

Laudhii mengerucutkan bibirnya. "Mantu terus mamah, minta sama hyung tuh" ucapnya.

Mamah mencubit pipi Laudhii gemas. "Iya-iya putri mamah. Jadi kenapa?" tanya mamah.

Laudhii mengerutkan dahinya. "Kenapa apa mah?" tanyanya bingung.

Mamah memutar bola matanya malas. "Udah gedhe masih telmi" ucap mamah.

"Ih mamah orang Laudhii nggak paham mamah ngomong apa" ucap Laudhii.

"Jadi kenapa putri mamah hari ini semangat? Itu tanda tanya besar buat mamah. Biasanya kamu pulang kuliah ya biasa aja, semangat engga, lesu engga, sedih engga, seneng pun engga" ucap mamah.

Laudhii mengangkat bahunya tanda tidak tahu. "Nggak tau mah semangat aja mau pulang" ucap Laudhii.

Mamah yang mendengar, mengerutkan dahinya. "Masa nggak tau?" tanya mamah.

"Laudhii juga nggak tau mah ih" ucap Laudhii.

"Ya udah sana ke kamar jangan ganggu mamah" ucap mamah mengusir Laudhii.

"Lah mamah mau ngapain?" tanya Laudhii.

"Mau nonton tv. Stok india di ant* numpuk. Pokoknya mamah harus nonton tanpa gangguan" ucap mamah.

Laudhii menggelengkan kepalanya melihat tingkah mamahnya yang fans berat india.

"Ya udah mah Laudhii mau ke kamar dulu" ucap Laudhii.

"Iya sana" usir mamah.

Laudhii kemudian pergi menuju kamarnya. Dan merebahkan dirinya di kasur. Laudhii memejamkan mata sejenak melepas lelah sehabis kuliah tadi. Tiba-tiba bayang-bayang sosok tadi yang membantunya melintas dipikirannya. Seketika Laudhii langsung membuka matanya lebar-lebar.

"Kenapa tiba-tiba kepikiran itu orang? Aneh sekali diriku" ucap Laudhii lirih.

Kemudian Laudhii bangkit dan mengeluarkan buku yang dipinjamnya dari perpustakaan. Ia akan menyicil belajar untuk kuis yang akan diadakan 2 hari lagi. Kemudian, Laudhii mengeluarkan alat tulisnya dan meletakannya di meja belajar. Laudhii merasa seperti ada yang hilang dari alat tulisnya. Pulpen. Pulpen yang diberikan papah Laudhii saat ia masih SMP tidak ada di kotak pensil nya.

"Loh kok pulpennya nggak ada?" ucap Laudhii panik.

Meskipun hanya sebuah pulpen. Benda tersebut sangat berharga bagi Laudhii karena pulpen tersebut diberikan kepadanya tepat sehari sebelum papah nya kecelakaan. Pemberian terakhir dari papah nya sebelum beliau pergi untuk selamanya.

Laudhii berusaha mengingat-ingat terakhir kali ia menggunakan pulpen tersebut. Dan Laudhii ingat, dia menggunakan pulpen tersebut saat diperpustakan tadi. Sebelum pulang, Laudhii diminta mengisi daftar buku pinjaman oleh petugas perpustakaan.

"Astaga kenapa aku bisa lupa. Bisa hilang nanti kalau di perpustakaan." ucap Laudhii.

Laudhii bergegas turun ke bawah dan meminta izin kepada mamahnya.

"Mamah Laudhii mau ke kampus bentar" ucap Laudhii.

"Ada jadwal lagi?" tanya mamah tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.

"Nggak ada. Laudhii cuma mau ambil barang yang ketinggalan mah." ucap Laudhii dan pergi menuju pintu depan. "Mamah Laudhii berangkat" lanjutnya.

"Kebiasaan, barang suka ditinggal" ucap mamah dan kembali fokus menonton tv.

Laudhii melihat jam yang melingkar ditangannya. "Masih jam segini perpustakaan masih buka" ucapnya.

Laudhii menunggu ojek online dengan gelisah. "Aduh mas ojolnya lama banget" ucap Laudhii.

Satu menit kemudian, ojek pesanannya datang. Langsung saja Laudhii naik diatas motornya dan menyuruh mas ojolnya cepat-cepat.

"Pake dulu mbak helmnya" ucap mas ojol.

"Iya mas, cepetan atuh. Saya lagi buru-buru" ucap Laudhii. Mas ojol menyalakan motornya dan pergi menuju kampus Laudhii.

Sesampainya di depan kampus, Laudhii langsung turun dan membayar ojeknya.

"Ini mas makasih" ucap Laudhii dan tanpa menunggu mas ojolnya menjawab, Laudhii langsung menuju perpustakaan kampus. Masih banyak orang yang berlalu lalang di sekitaran kampus dan ada pula yang masih ada jadwal kelas.

Sesampainya di perpustakaan, Laudhii langsung menemui petugas perpustakaan dan menanyakan perihal pulpennya.

"Permisi pak, ada pulpen yang warnanya merah nggak pak? Ada tulisan "Laudhii" nya juga" ucap Laudhii.

"Eh mbak yang tadi. Pulpennya sudah saya titipkan ke orang mbak buat dikasih ke mbak" ucap petugas perpustakaan.

"Dititipin kesiapa pak?" tanya Laudhii.

"Bapak nggak tau namanya. Orangnya cowo, tadi kalau nggak salah yang bantuin mbak ambil buku" jelas petugas perpustakaan.

"Oh gitu ya pak. Ya udah saya permisi dulu" ucap Laudhii.

"Iya mbak" ucap petugas perpustakaan.

Laudhii berjalan keluar perpustakaan. Dia merasa lemas karena pulpennya ternyata dititipkan ke orang yang bahkan dia tidak tahu siapa.

"Nama nggak tau. Jurusan nggak tau. Gimana mau nyari" ucap Laudhii lemas.

Kemudian Laudhii memutuskan untuk pulang saja. Ia berjalan menuju ke halte bus. Sesampainya disana ia duduk termenung sambil menunggu bus datang. Laudhii terus melamun sampai ada suara yang memecah lamunannya.

"Boleh duduk disini?" ucap seseorang.

°°°

~TBC~