Tiba di depan makam itu, Aidan masih menarik tangan Malikha ke depannya. Kini mereka berdua berdiri di depan pintu makam yang tertutup. Malikha mulai menangis terengah dan terisak menatap Aidan. Wajahnya benar-benar ketakutan mengingat ia pernah di kurung Aidan di dalam tempat penyimpanan anggur. Malikha kini memiliki ketakutan pada gelap dan tempat tertutup jadi makin pucat jika mengingat hal tersebut.
"Aku mohon, jangan masukkan aku ke dalam sana. Aku benar-benar menyesal," ujar Malikha terus menangis dan kali ini lebih kencang. Ia terus memohon. Aidan masih tak bergerak dan wajahnya kian melembut. Ia lalu mendekat dan ingin melepaskan semuanya.
"Apa aku bisa mempercayaimu lagi? Kamu pernah mengkhianatiku, apa aku bisa percaya padamu lagi?" tanya Aidan dengan matanya lirih pada Malikha yang sesegukan. Malikha tak menjawab dan tak tahu harus seperti apa.
"Apa kita bisa punya kesempatan untuk bisa bersama?" tanya Aidan lagi dengan nada suara yang makin mengecil.