Wajahnya selalu menunduk dan tak pernah berani menatap orang lain. Ia adalah salah satu siswa tingkat dua di Woodstone Private High School namun tak ada yang mengenal namanya. Ketika ia turun dari bis sekolah berwarna kuning, ia hampir terjerembab diantara kendaraan dan para siswa yang berebutan keluar. Anak itu begitu pemalu dan selalu merasa dirinya tak sebanding dengan orang lain.
Aidan Orlando hanya bisa menghela napas dan menunggu semua orang pergi meninggalkannya baru ia akan melanjutkan berjalan kaki masuk ke pekarangan sekolah. Sambil menggenggam tali ransel dengan erat, Aidan menelan ludah dan memperbaiki letak kacamatanya.
Ia sempat terdiam sejenak memandang bangunan besar di depannya. Jika ia bisa kembali, rasanya ia ingin pulang saja. Hidup di LA sudah cukup sulit baginya, lalu masuk ke sekolah swasta seperti ini makin membuatnya frustasi. Aidan cukup lama terdiam merutuki dirinya yang terlahir pengecut dan tak mampu melawan keadaan yang membelenggunya bertahun-tahun.