Vanylla pulang dari pusat kebugaran dalam keadaan kesal dan punggung yang sakit. Ia masuk ke dalam kamar hotelnya lalu melemparkan tas peralatannya sembarangan. Vanylla begitu kesal, marah sekaligus malu. Dengan wajah cemberut namun masih sangat cantik, ia meletakkan kedua tangan di pinggulnya. Namun tak berapa lama, Vanylla kemudian mengelus pantatnya.
"Ouch, rasanya masih perih!" gumam Vanylla menahan rasa perih di kulitnya sambil duduk dan terus mengelus. Wajah Vanylla mulai merona lagi mengingat perilaku Mars padanya.
"Aish ... dasar laki-laki brengsek! Beraninya dia berbuat seperti itu padaku ... aaaahhh!" Vanylla menghentakkan kedua kakinya dengan kesal. Akhirnya, ia bangun kembali dari sofa dan hendak berendam air hangat di jakuzinya untuk meredakan rasa sakit ketika ponselnya berdering. Ternyata Greg yang menghubungi. Vanylla menghela napas dengan malas sebelum mengangkat ponselnya.
"Hi, Greg!" sapa Vanylla dengan nada biasa.
