James kemudian mengetuk pelan kamar Nisa dan menunggu beberapa detik. Kepala Nisa nampak keluar sedikit mengintip dari balik pintu. ia tak terlihat seperti Nisa yang sebelumnya pernah berani menjawab James dulunya.
James menaikkan senyuman pada Nisa yang berwajah begitu sendu dan pucat.
"Hai..."
"Hai..." jawab Nisa dengan mata berkaca-kaca. James sedikit mendekat dan menjulurkan tangannya. Nisa pun mengambil uluran tangan James dan makin mendekat.
Nisa mengantukkan kepalanya di dada James dan James melingkarkan kedua lengan di punggung Nisa memberinya semangat. Sedangkan Nisa tak bisa menahan diri, tangisnya pecah di dada James.
"Dia akan kembali. Jika tidak, aku sendiri yang akan menyeretnya," gumam James mengelus punggung menunggu Nisa tenang. Usai sedikit tenang, Nisa mengangkat wajah dan James menyeka sisa airmata di pipinya.
"Jangan menyerah, kamu adalah bagian dari keluarga kami. Kami akan selalu bersamamu, Nisa," ujar James lagi mencoba tersenyum meski Nisa tak membalas.