Keesokan harinya Bryan, Arya, Emily, Nisa dan Juan serta beberapa orang pengawal mereka naik pesawat pribadi milik Bryan Alexander menuju New York. Setelah kemarin, Bryan bersikap biasa saja pada Nisa seolah tidak terjadi apa-apa. Sementara Nisa malah makin salah tingkah jika berpapasan dengan Bryan. Arya yang melihat hanya bisa mengernyitkan kening. Sebelum naik ke pesawat, Arya akhirnya memberanikan diri untuk bertanya perihal kemarin.
"Bry, lo beneran serius minta Nisa untuk bayar?" Bryan mengangguk tanpa ragu.
"Kok lo tega sih?"
"Kenapa gak! Toh dia yang minta, gue cuma mengiyakan."
"No, lo jebak dia bilang iya. Nisa kan istri lo Bry, apa yang bakal lo lakuin supaya dia bisa bayar?" Arya masih mengernyitkan keningnya. Bryan malah tertawa melihat sahabatnya.
"Dia punya semua yang gua inginkan, itu jauh lebih besar dari seluruh kerugian di Gili," ujar Bryan sambil menepuk lengan Arya dan berjalan naik ke pesawat. Arya masih bingung tapi tak lama kemudian matanya melebar.