"Loh, kok kamu nangis si? Jangan nangis ah, cengeng banget su," ucap Mas Arsa sambil mengusap air mata yang turun dari kedua bola mataku karena terharu mendengar cerita Mas Arsa tadi.
"Aku terharu banget sama kamu. Ternyata kamu sebegitunya berjuang buat aku. Tapi aku di sini justru mikir yang engga-engga sama kamu."
"Ga apa-apa kok. Aku juga maklumin kok. Karena kita berdua kan terbataskan sama waktu dan jarak. Maafin aku juga karena jarang memberi kamu kabar selama ini."
"Iya Mas. Ga apa-apa kok. Walaupun awalnya si jujur emang aku sempat berpikir kalau kamu itu ga serius sama aku. Ternyata kamu lagi berjuang mati-matian buat aku."
"Iya udah ga usah minta maaf terus. Intinya aku melakukan semua ini buat kamu karena aku bersungguh-sunggu supaya bisa dekat sama kamu. Yaudah sekarang kita makan ah. Jangan sesih-sedihan gini. Masa kita jarang ketemu tapi sekalinya ketemu malah nangis-nangisan."
"Hehe, iya Mas."