POV Juliet Fadilah
Bintang bersinar terang, ketika aku menatap langit di balik hordeng kedai. Suara bising dari kendaraan bermotor, serta alunan musik dari para musisi jalanan meramaikan suasana kota. Aroma nasi goreng, meguggah selera bagi siapa saja yang menghirupnya. Begitu juga dengan dirku, sejak tadi menunggu pesanan. Tidak setelah Si Jaket Merah, kini Si Mesum adalah sebutanku yang kedua. Mesum sebuah gambaran tentang diriku, yang di lukiskan olehnya.
Meskipun aku tidak menyukainya, mau tidak mau aku harus menerimanya. Anggap saja ini sebuah hukuman kecil, yang ia berikan padaku. Jantungku berdegup kencang, mengingat ketika tidur seranjang dengannya. Aroma melati serta kehangatan tubuhnya membuatku terbayang.
"Apa yang sedang kau bayangkan? Dasar mesum." Ia menunduhku, sambil menatap dengan raut wajahya yang imut.
"Tidak. Aku tidak sedang membayangkan apapun."
"Sungguh?"
"Sungguh."