Setelah itu ia pun bercerita, sekilas tentang kehidupan bangsa Jin. Kehidupan bangsa Jin, hampir sama dengan manusia mereka memiliki rumah dan juga beranak pinak. Di alam Jin mereka biasa menkonsumsi makanan yang sama persis dengan manusia. Ada juga beberapa dari mereka, memakan jiwa manusia yang tersesat. Biasanya jiwa itu didapatkan dari hasil tumbal seseorang kepadanya. Padahal Ratu Kirana sudah melarang keras, perbuatan seperti itu namun sayang mereka tidak memperdulikannya. Tak hanya menjadi makanan, disuatu tempat jiwa manusia yang sudah menjadi pengikut setan dijadikan budak. Selama menjadi budak, ia disiksa bahkan dijadikan cemilan hidup. Kegiatan seperti itu, akan terus berlanjut hingga hari kiamat.
Kenyataannya hingga sekarang, pengikut iblis terus saja bertambah. Rasanya kampanye yang ia lakukan siang dan malam, berakhir dengan sia-sia. Entah mengapa aku mulai mempercayai setiap perkataanya. Lagipula ia berbuat seperti itu untuk kebaikan, lalu ia menghampiriku dan dia memperingatiku agar diriku tidak tertipu daya oleh iblis. Kemudian akupun menganggukkan kepala, lalu diriku penasaran bagaimana caranya, iblis mempengaruhi manusia. Ratu pun menjawab.
"Cara iblis memanipulasi pikiran dan hati manusia adalah dengan cara memanfaatkan jiwa yang sedang berputus asa. Kemudian ia memasuki tubuhnya, lalu meracuni akal sehatnya. Setelah itu mengendalikannya melalui hawa nafsu."
"Bagaimana caranya si iblis itu tau, bahwa manusia itu sedang berputus asa dan terbakar oleh hawa nafsu?" Tanyaku.
"Ketika manusia sedang berputus asa, sekujur tubuhnya mengeluarkan aura hitam. Sama seperti apa yang sedang kamu alami sekarang. Tetapi yang bisa melihat hal itu, Sang Pencipta, bangsa Jin, dan manusia pilihan."
"Begitu yah, setelah mendengar cerita ratu diriku merasa bodoh. Aku sungguh menyesal sekarang. Oh iya aku harus memanggilmu apa?"
"Khusus untuk kamu, paggil saja aku Kirana."
"Kirana terimakasih."
"Jangan berterimakasih padaku, berterimakasihlah kepada Tuhan dan juga mereka yang diluar sana. Jika tidak mungkin aku tidak akan datang kemari."
Selesai bercerita ia pun duduk diatas kasurku untuk mengambil nafas. Kemudian ia berdiri lalu menanyakan beberapa buku milikku. Setelah itu Kirana memintaku untuk membukanya, lalu ia membacanya perhalaman. Tak kusangka ia sangat pandai membaca, lalu diriku bertanya dari mana ia belajar. Dia pun menjawab rupanya ia belajar membaca di Sekolah Desa pada tahun 1908. Sedangkan sekolah itu sendiri didirikan pada tahun 1907, sekolah ini diperuntukkan bagi anak-anak pribumi yang tinggal di desa-desa. Dan kegiatan belajar mengajar di sekolah itu hanya berlangsung selama tiga tahun.
Ketika ia mengikuti kegiatan belajar mengajar, dia kurang paham terhadap beberapa materi yang diajarkan disekolah. Sayangnya karena dia makhluk astral, Kirana tidak bisa bertanya kepada gurunya disekolah. Dengan terpaksa ia harus mencari tau sendiri. Awalnya ia kesulitan mengikuti materi disekolah, karena tekat yang kuat akhirnya dia pun bisa. Setelah lulus, ia memutuskan untuk berkelana berkeliling Indonesia, selama sepuluh tahun untuk mencari ilmu. Sekarang dia bisa menjelaskan rumus aljabar secara detail. Kirana sempat berkata, jika seandainya ia terlahir sebagai manusia, maka ia akan mengikuti pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Mendengar hal itu aku pun langsung memujinya, banyak pelajaran yang bisa aku petik dari kisahnya. Semoga di hari esok, kehidupanku menjadi lebih baik. Dan aku berdoa semoga ada keajaiban, yang bisa membuanya mengikuti pendidikan. Kemudian ia mengungkapkan kesedihannya kepada generasi sekarang. Disaat orang lain berjuang untuk bisa bersekolah, mereka bermalas-malasan dan enggan pergi bersekolah. Sungguh disayangkan namanya juga hidup, tidak ada yang tau bagaimana nasibnya kedepan. Bahkan ada orang yang tidak bersekolah, bisa meraih kesuksesan dengan mudah. Setelah mendengar seluruh kisahnya, moodku menjadi lebih baik.
Sepertinya besok sudah saatnya aku keluar dari kamar. Entah mengapa ketika sedang bercerita setiap tiga menit sekali, pandangannya tertuju kepada kalungku, yang berada di atas lemari plastik samping pintu kamarku. Aku pun mulai mencurigainya, ternyata dibalik kebaikannya pasti ada niat jahat yang terselubung.
Namun sepertinya usahanya tidak berjalan mulus, selain menampakan wujudnya. Tak aku sangka dia berhasil menyentuh kalungku, lalu ia langsung menggunakannya. Spontan aku bangun dari tidurku, lalu bergegas untuk merebutnya kembali. Tiba-tiba kejadian tak senonoh pun terjadi, tanpa sengaja aku menyentuh oppai-nya (payudara). Tanya sadar aku meremasnya sebanyak tiga kali. Sensasi kelembutan dan tingkat kepadatanya membuatku terbang ke kayangan. Sunggguh luar biasa.
"Ara-ara segitunya kau ingin menyentuhnya. Dasar mesum" ujarnya sambil menggodaku, dengan tatapan mesum.
"Enggak bukan begitu ini hanya kecelakaan. Jangan salah paham yah! Lagipula seharusnya elu teriak atau apa kek." Memundurkan sebanyak tiga langkah, lalu menunjuknya dengan wajah memerah.
"Ok baiklah, kyaaa..." Suara yang erotis.
"Telat woi, dan berhenti membuat suara aneh!" perintahku.
"Kakak suaramu terdengar jelas loh!" Kata adikku dibalik dinding.
"Berisik jangan salah paham!" sambil menunjuk adikku dibalik dinding.
"Ha.ha.ha rupanya kau lucu sekali ketika sedang digoda" ledek Sang Ratu.
"Hmm.."
"Ngomong-ngomong ini kalung apa? Dan dari mana kamu mendapatkannya?" tanya Kirana.
Kemudian aku memberitahunya, bahwa kalung ini aku dapatkan disebuah toko aksesoris. Setelah itu ia menanggukkan kepala kemudian dia berjalan mendekatiku. Ketika ia berjalan melintasi lemari cermin, Kirana pun berhenti lalu melirik melihat wujudnya sendiri. Dia pun terkejut, sebab sejatinya Kirana tak pernah melihat wujudnya sendiri. Lalu ia mengusap wajahnya, dan memuji kecantikannya sendiri. Kemudian ia melepaskan kalung milikku, tiba-tiba wujudnya di cermin menghilang. Karena penasaran ia menggunakan kalungku kembali, wujudnya di cermin kembali muncul. Berulang kali ia terus mencobanya, dan akhirnya dia pun sadar bahwa kalungku bukanlah kalung biasa.
Setelah itu dia memperingatkanku, agar diriku tidak memberitahu siapapun tentang kalungku. Khawatir jika ada orang jahat, yang menginginkannya dan disalah gunakan. Kemudia ia memberikan kalungku, lalu ia duduk disampingku. Dia pun berkata.
"Syukurlah jiwamu sekarang sudah baikan."
"Iyah sepertinya, besok sudah waktunya gue untuk keluar dari kamar."
"Yasudah kapan-kapan kita lanjutkan perbincangan kita, sekarang aku harus kembali ke istana. Sekarang beristirahatlah" ujarnya.
"Thanks."
"Semangat anak muda, perjalananmu masih panjang. Baiklah kalau begitu aku permisi, sampai ketemu besok." Menghilang, diantara butiran cahaya.
Keesokan harinya saat pagi hari aku keluar dari kamar. Kulihat kedua orang tuaku berdiri sambil memegang balok kayu, lalu mereka saling berpandangan. Setelah itu aku menanyakan menu sarapan hari ini, kulihat mereka pun sedikit berlinang air mata, setelah itu mereka bersikap seperti biasa seolah tidak terjadi apapun. Selesai mamahku menyiapkan sarapan, kami pun menyantap hidangan bersama-sama di ruang keluarga. Kami bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun.