Beberapa kali Kalista menghembus napas panjang sampai tak menyadari kalau kalau Arda sudah duduk di dekatnya. Kalista menoleh malas sekali melihat Arda.
"Kal," panggil Arda.
"Aku malas sekali jika harus bertemu dengan keluarga besar," guman Kalista berpaling.
"Tapi, kita harus ke sana Kal?"
"Sejak kapan kamu mengajakku ke sana? Biasanya juga kita berangkat sendiri-sendiri."
"Tapi, sekarang kita harus berangkat bersama!"
"Kenapa?"
"Mobilku sedang masuk bengkel? Kita di sana tiga hari?"
"Tiga hari, Arthur bagaimana?"
"Ada Dea yang menjaganya di sini!"
Kalista menghembus napas panjang. "Kenapa aku harus berangkat bersamamu?"
"Kamu kan istriku!"
"Sejak kapan? Bukankah hanya istri di atas kertas saja!"
"Kal, jangan begitu! Bagaimana jika orang mendengar itu akan jadi bahan gosip tentang kita."
"Yah, suamiku!" Kalista cemberut saat mengucapkan itu.
Arda tersenyum melihat mimik wajah Kalista.
"Biar aku yang menyetir mobilmu!"