Chereads / Uncrowned King / Chapter 6 - Nilai sesungguhnya

Chapter 6 - Nilai sesungguhnya

Iva segera melesat ke arah Hiura sesat setelah suara mekanik itu menghilang, pedang di tangannya menghantam pedang Hiura dengan amat keras. Iva memang menggunakan tenaga yang cukup banyak di serangan awalnya tapi Hiura tidak terlihat kesusahan sama sekali.

"Seperti yang kuharapkan darimu," gumam Iva pelan.

Hiura tidak membuka mulutnya sama sekali, bahkan wajahnya tidak menunjukan ekspresi sama sekali. Perlahan pertandingan mereka memikat beberapa perhatian murid academy, kelompok-kelompok kecil mulai berkumpul di sekitar arena dan menonton mereka bertarung.

"Aku selalu merasa bahwa ada sesuatu yang ku sembunyikan selama ini. Aku tidak tahu itu apa, mungkin saja ini terkait dengan kekuatanmu dan kunci kekuatanmu ada pada 'soul weapon'-mu itu."

"Kau terlalu banyak bicara, ini bisa jadi salah satu faktor kekalahanmu," balas Hiura yang masih tidak menunjukan ekspresi.

"Bisa saja, tapi aku meragukan hal itu. Cukup dengan basa-basinya, sekarang gunakan seluruh kekuatanmu selama ada di arena in!"

Iva kembali menyerang Hiura, kecepatan Iva saat menyerang Hiura semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Hiura juga masih bertahan sambil sesekali memberikan serangan balasan yang bahkan tidak cukup untuk mendapatkan perhatian Iva.

Iva juga masih bersabar dan terus menanti serangan Hiura yang mampu membuatnya tak berdaya, hanya saja hal itu tidak kunjung terjadi walau Iva terus menantikannya.

Klang! Klang! Klang! Klang! Klang! Klang!

Di sisi lain, Hiura terlihat cukup frustasi. Hiura dengan enggan mencoba menyerang Iva, tapi dia memberikan usaha terbaiknya untuk bertahan dari segala serangan Iva. Tangan Hiura juga mulai berkeringat mengingat tempo serangan yang sangat cepat dan sedikitnya waktu untuk mencoba beristirahat.

"Kau terlihat cukup enggan untuk menunjukan kekuatanmu, apa karena para penonton itu? Kau takut mereka menjadi saksi kekuatanmu yang sesungguhnya?"

"Berisik sekali," ucap Hiura kesal sembari melesat ke arah Iva.

Serangan dilesatkan dengan cukup cepat, namun masih tidak berarti apa-apa untuk Iva, sayangnya itu bukan serangan tunggal. Hiura kembali menyerang setelah serangannya ditahan, hanya saja serangannya juga mampu ditahan oleh Iva dengan baik, sampai akhirnya menit demi menit berlalu.

Hiura tidak terlihat sangat kelelahan, walau tempo serangannya cukup cepat, tidak ada tanda bahwa Hiura kehabisan tenaganya, sedangkan Iva terlihat bernapas dengan tersengal-sengal.

Iva bahkan berpikir dengan bingung dengan tubuhnya yang sudah merasakan kelelahan. Iva kemudian berlari ke ujung arena, setelah itu dia menarik salah satu kakinya ke belakang dengan jarak yang cukup jauh dan pedangnya di siapkan di sisi kirinya.

"Terimalah," ucap Iva sembari menebaskan pedangnya.

Tidak ada yang terjadi jika hanya dilihat dengan mata telanjang, hanya saja mereka yang terbangkitkan tahu bahwa Iva sedang melepaskan aura yang dikontrolnya dan menjadikan serangan itu cukup mematikan.

Tidak semua orang yang terbangkitkan mampu melepaskan serangan aura seperti Iva, hanya mereka yang dikatakan sebagai jenius yang mampu melakukan hal tersebut.

Penonton di sekitar ada yang terkejut tapi ada juga yang sudah menduga bahwa Iva bisa menggunakannya. Serangan aura itu tidaklah terlihat bentuknya selain oleh si penggunanya, pada kenyataannya juga, si pengguna tidak benar-benar melihat bentuk itu.

Si pengguna serangan aura akan melakukan pembayangan dan menggunakan soul weapon mereka sebagai media untuk melepaskan aura tersebut, ketika pertama kali ditemukan, banyak orang menganggap bahwa itu seperti sebuah sihir yang hanya bisa digunakan oleh beberapa tipe soul weapon yang khususnya berbentuk tongkat.

Iva tahu serangan auranya bergerak dengan cukup cepat ke arah Hiura, dia membayangkan auranya membentuk sebuah bulan sabit dengan ukuran mencapai dua meter.

"Seperti yang diharapkan dari siswi terkuat di angkatan ini," ucap Hiura.

Hiura kemudian melakukan posisi bertahan, tangan kanannya memegang senjatanya dan tangan kirinya menjadi penahan dengan posisi menyilang.

Saat aura Iva membentur senjata Hiura, terdengar suara yang lebih nyaring dibandingkan dengan suara benturan pedang atau senjata lainnya. Hiura juga terdorong hingga mencapai tembok pelindung dan posisi tangannya yang bertahan kini menempel pada dadanya.

Jika orang-orang melihat dengan jeli, baju Hiura terkoyak di berbagai tempat dan lukanya bertambah. Darah segar juga mengalir dari luka barunya tersebut, tapi mata Hiura tidak menunjukan bahwa dia akan menyerah.

"Tidak mungkin! Kau ... Bagaimana kau bisa tahu aku melepaskan aura itu ke sekitar dadamu secara horizontal?!"

"Hanya firasat dan keberuntungan memihak padaku, jika tidak luka yang kuterima mungkin lebih parah daripada ini."

Setelah itu, Hiura kembali melesat dan menyerang Iva, seperti orang gila yang tidak mengenal rasa sakit. Iva juga kembali tertekan karena serangan Hiura, tapi dia juga mencoba untuk menyerang Hiura sesekali. Semakin lama mereka bertarung, mereka berdua mulai mengabaikan serangan musuh yang tidak mengarah langsung ke titik vital.

Luka demi luka mulai memenuhi tubuh Iva dan Hiura, berbeda dari sebelumnya, mereka mulai terlihat kelelahan. Suasana yang menegang seolah menjadi semangat mereka untuk bertahan sampai akhir.

Penonton sendiri terlihat cukup tegang hanya dengan menyaksikan pertarungan mereka, sebelumnya mereka cukup yakin bahwa Iva akan memenangkan pertandingan itu, hanya saja mereka mulai berpikir bahwa Hiura juga memiliki kesempatan untuk menang.

"Ini sudah terlalu lama, aku rasa sudah saatnya mengakhiri semua ini," ucap Hiura.

"Aku juga berpikir demikian, aku akan mengerahkan serangan terkuatku, kita lihat siapa yang akan memenangkan pertandingan ini."

"Dua puluh." gumam Hiura.

Udara di sekitar arena berubah, Iva merasa lebih tertekan lagi, dia juga merasa mengenal tekanan itu.

"Ini ... Ini sama seperti disaat kita ada di dojo?!"

Walau Iva merasa khawatir, dia juga senang karena mampu membuat Hiura menunjukan kekuatannya di depan banyak orang. Keduanya kemudian melesat, saat tubuh mereka semakin dekat dan pedang mereka beradu, udara kuat menerpa di dalam dan di luar arena.

Seluruh penonton terlihat tak sadarkan diri, selain itu Iva juga mulai melepaskan senjatanya karena telah kehilangan kesadaran.

Duel is over. Winner is Hiura Muramase.

Suara mekanik menggema di sekitar arena, sayangnya tidak ada yang menjadi saksi pertarungan itu, walau secara teknis hasilnya sudah tercatat dalam catatan pertarungan academy.

Hiura masih mampu berdiri dengan sisa tenaganya, dia melihat sekeliling dan memastikan semuanya telah aman.

Hiura akhirnya memuntahkan darah dan tak lama kemudian tubuhnya tumbang. Mereka yang berada di arena tertidur hingga akhirnya seorang guru melihat dan meminta bantuan untuk membawa mereka semua ke ruang perawatan.

Dua jam kemudian, Hiura terbangun, tubuhnya tertutupi oleh air berwarna hijau dan hidungnya ditutupi oleh alat bantu pernapasan.

Hiura tau dimana dia saat itu, dia sangat yakin bahwa dirinya ada di ruangan kesehatan dan tentu dia ada di dalam sebuah fasilitas berteknologi tinggi bernama reco machine.

Reco machine adalah sebuah teknologi yang sudah ditemukan sejak lama, seseorang yang dimasukan ke dalamnya akan menerima penyembuhan yang lebih cepat dari biasanya, istilah lebih cepat bukanlah kata yang tepat karena alat ini mampu menghilangkan luka-luka dan juga darah yang hilang ketika bertarung.

Ketika mesin mendeteksi bahwa Hiura sudah sadarkan diri dan penyembuhan telah selesai, pintu mesin terbuka, karena dia telah pulih, Hiura melepaskan alat bantu pernapasan yang dikenakannya.

"Aku merasa segar kembali, kira-kira sudah berapa lama ya sejak pertandingan itu?" tanya pada diri sendiri sembari membuat tubuhnya duduk di dalam mesin.

"Dua jam, tujuh belas menit lebih tiga detik," jawab sosok misterius di dekatnya.