Chereads / Ketos Aneh / Chapter 2 - 1. Tanggung Jawab

Chapter 2 - 1. Tanggung Jawab

Pintar, cantik, tapi memiliki hobi aneh. Ketua osis satu ini mungkin tidak layak di sebut ketua osis jika jabatannya dilihat saat orang berkelahi.

Gak suka basa basi seperti yang lain. Dia lebih suka langsung duduk dan menonton hal yang menurut orang bukan untuk di tonton.

Clarisa Leonitha Indrawan, menjabat sebagai ketua osis SMA Garuda. Bukan dia yang mencalonkan diri, tapi seseorang telah mendaftarkan namanya di mading, dan dia malah mendapatkan vote paling banyak.

"Eh Tha, pisahin dong mereka"  Riska panik meminta ke sahabat aneh nya itu.

"Biarin, bentar lagi juga bakalan kelar" jawab Nitha santai

"Kapan? Nunggu si Juan bonyok atau nunggu Davin mati?"

"Ck, iya iya" decak Nitha kesal ke Riska yang udah ngoceh dari tadi.

Nitha membanting kursi yang didudukinya tadi di dekat Juan dan Davin. Sontak keduanya terkejut dan menghentikan aksi gilanya itu.

Selalu seperti ini, orang orang juga bingung, apakah Nitha udah sahabatan sama dewi fortuna? Karna guru selalu datang saat Nitha meleraikan kedua orang berkelahi itu.

Dan lagi lagi mereka menyaksikan pak Hadi, guru BK tersenyum lalu menjabat tangan Nitha.

"Kamu memang bertanggung jawab atas jabatan kamu" ucap nya lalu menatap kursi yang sudah patah di sekitarnya.

Seolah sudah biasa, pak Hadi hanya menatap Nitha setelah menunjuk kursi yang malang itu.

"Maaf pak, saya terlalu takut jika nanti malah jadi ikutan di pukul sama mereka, jadi saya cuma bisa banting kursi biar mereka udahan" ucap Nitha memasang muka pura pura takut.

"Iya gak papa Nitha, setelah ini panggil pak Adi buat benerin kursi ini ya" sahut pak Hadi lembut.

Pandangannya berubah menyeramkan saat menatap Juan dan Davin.

"Kalian berdua ikut saya" intrupsi pak Hadi ke Juan Dan Davin.

Setelah semuanya bubar, Nitha dan Riska langsung berjalan menuju kelasnya. Tanpa di ketahui, seseorang melihat dengan tangan yang menepal dari jauh.

"Udah deh Tha, gue kasian kalo jabatan lo dicopot gara gara ini" pinta Riska

"Bagus dong" sahut Nitha

"Lo kan tau kalo gue gak menginginkan jabatan ini" tambahnya.

"Iya gue tau, tapi lo gak harus begini juga kali" Riska masih berusaha menyadarkan sahabatnya itu.

"Emang gue gimana?" tanya Nitha.

Riska menghembuskan nafas jengah.

"Sabar Ika, Nitha itu sahabat lo, jadi lo harus sabar" ucapnya sambil mengelus elus dada.

Nitha tersenyum melihat tingkah temannya itu.

"Lo kenapa ngelus elus dada? Sesak napas lo?"

Mendengar ucapan Nitha, Riska menatap Nitha gemas.

"Nitha, kalo lo terus terusan begini bukan cuma jabatan, tapi lo juga bisa di keluarin" ucap Riska berlebihan.

"Ih, emang gue yang berantem?"

"Itu makanya, lo harus bertanggung jawab sama kerjaan lo"

"Lo gak denger, tadi pak Hadi bilang kalo gue itu orang yang bertanggung jawab?"

"Iiiih" Riska mengepalkan tangannya untuk menahan kekesalannya

"Nitha lo masih beruntung karna pak Hadi selalu datang di saat lo lagi 'misahin' mereka" ucap Riska membuat tanda kutip dengan tangannya saat mengucapkan 'misahin'

"Ntar kalo lo ketahuan malah nontonin mereka gimana?"

"Ya terus"

Sekali lagi Riska menghembuskan nafas jengah.

"Clarisa Leonitha Indrawan, gue kesel nih sama lo"

"Yaudah yuk, ke kantin gue traktir"

"Oke kalo lo maksa" jawab nya cepat.

"Eh, gue gak maksa kok, kalo lo gak mau yaudah gue balik ke kelas aja"

"Eu~ng " Riska memasang wajah menggemaskan nya, tanda dia menyesal.

"Udah ih, gue jijik"

Walaupun Nitha bilang jijik, sebenarnya Riska terlihat menggemaskan seperti itu.

"Eh tapikan udah bel Tha"

"Jadi gak mau nih?"

"Mau kok mau, yuk" sela Riska lalu menarik tangan Nitha menuju kantin.

"Bukannya kantin disana" Riska menunjuk kearah Kiri, sedangkan Nitha sedang berjalan lurus.

"Kita cari Pak Adi dulu" ucapnya tanpa menoleh ke Riska.

"Btw, kita gak kena hukuman nih kalo bolos pelajaran bu Nani?" tanya Riska, soalnya bu Nani adalah guru yang cukup tegas.

"Tenang aja, gue yang atur"

"Lu jangan main tenang tenang aja Tha, ntar kita malah dihukum karna gak masuk"

"Gak bakalan" ucapnya yakin.

Karna sedari tadi mutar mutar sekolah masih belum nemuin pak Adi, Riska mulai capek.

"Tha, kita kemana sih? Pak Adi nya gak ketemu nih, gue udah lapar" keluh Riska sambil memegang perutnya.

Riska memilih duduk di tempat duduk depan kelas XI ips1. Tiba tiba seorang laki laki keluar dari kelas itu, membuat Riska dan Nitha kaget, karna mereka mengira itu guru.

"Eh Zian, liat pak Adi gak?" tanya Riska ke laki laki itu.

"Gak" jawabnya lalu pergi begitu saja.

"Lo kenal sama itu orang?" tanya Nitha setelah Zian pergi.

"Dia kan anak basket juga"

Fyi, Riska adalah salah satu anggota basket di SMA Garuda.

Saat Riska masih duduk melepaskan rasa capeknya, Nitha malah berjalan meninggalkan nya sendiri.

"Eh Tha, lo mau kemana?" teriak Riska, membuat seseorang dari kelas XI ips1 keluar.

"Kamu, kenapa teriak di depan kelas? Bukannya belajar kamu malah bolos disini" ucap seorang guru yang Riska tidak tau, karna guru tersebut tidak pernah masuk ke kelas XI ipa1.

"Maaf pak, saya bukan lagi bolos, tapi saya lagi nyari pak Adi" ucap Riska tidak terima di salahkan.

"Btw, bapak liat pak Adi gak pak?" tanya Riska.

"Saya gak liat, dan saya gak ngerti maksud Btw yang kamu bilang" jawab guru itu.

"Yee, bapak norak sih" ledek Riska lalu berlari dari sana, sebelum guru itu memarahinya.

Riska mengejar Nitha yang sudah terlalu jauh meninggalkannya.

"Eh Tha, tungguin gue" Riska berlari menghampiri Nitha

"Lo kok ninggalin gue sih" sewot Riska ngos ngosan.

"Tuh liat" tunjuk Nitha kearah pak Adi yang sedang mengangkat bangku rusak.

"Pak Adi" panggil Nitha

"Iya neng, kenapa?"

"Pak tadi ada bangku rusak di depan ruang osis, tolong sekalian di bawa ya pak" pintanya ke pak Adi.

"Udah kok neng, udah bapak bawa. Tinggal bawa ke tukang las" jawab pak Adi.

"Yaudah pak, kalo gitu Nitha permisi dulu" pamitnya ke pak Adi.

Kantin

"Eh Tha, lo yakin kita gak di hukum nih?" tanya Riska

"Yakin" jawabnya

"Soalnya bu Nina lagi sibuk ngurusin anak anak yang bakal ikutan olimpiade kimia" jelasnya

"Lo kok gak bilang dari tadi sih, tau gitu gue gak perlu takut tadi"

"Salah lo, gak nanya"

"Yaudah pesan gih" ucapnya menyuruh Riska.

"Gue?" Riska menunjuk dirinya

"Yaiyalah masa gue, gue kan yang bayar"

Mendengar itu, Riska berdecak sebal.