terdengar bunyi suara klakson mobil yang di kendarai William berhenti di depan rumah,,, dan para penjagapun langsung berlari bergegas membuka pintu gerbang untuk tuannya itu sambil membungkukkan tubuh mereka memberikan hormat pada tuannya itu.
setelah memarkirkan mobilnya William berjalan menuju rumah yang bagaikan istana itu kehadirannya disambut oleh beberapa para pelayan dirumahnya termasuk bi Imah yang saat itu berada disana.
"Selamat datang tuan? hari ini saya sudah siapkan makan malam untuk Tuan"
"saya tidak lapar, bi Imah dimana Jenni?"
tanpa basa-basi William langsung menanyakan Jenni.
"Non Jenni sudah tidur di kamarnya tuan, tapi tadi sih dia bilang mau menunggu tuan muda pulang sampai tidak makan malam..."
ucap wanita paruh baya itu.
William yang mendengar nya langsung sedikit kesal ketika bi Imah bilang dia tidak makan malam namun disisi lain William juga merasa bersalah.
"bagaimana bisa kalian semua yang ada di rumah ini membiarkan dia tidak makan malam, kalian kan tau kondisi fisik Jenni...!
dia itu sangat lemah ...."
dengan sedikit kesal sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Maaf tuan ini semua permintaan Non Jenni sendiri, katanya dia bilang ingin makan malam di luar dengan Tuan"
bi Imah dengan gugup berbicara terbata-bata di hadapan William.
mendengar Jawaban bi Imah membuatnya terdiam sekaligus tertegun merasa bersalah karena tidak menepati janjinya untuk makan malam bersama Jenni.
"sial lagi-lagi rasa ini selalu muncul kenapa aku mulai mengkhawatirkan nya" gumamnya dalam hati
"baiklah jangan sampai terulang lagi, saya akan menemuinya sekarang"
dengan berjalan cepat menaiki anak tangga bergerak menuju kamar Jenni di atas.
"Tok....Tok....Tok....Tok... Jenni bolehkah kakak masuk?"
mencoba mengetuk-ngetuk pintu kamar Jenni
namun tidak ada satu katapun jawaban dari dalam kamar tersebut.
"Jenni kakak masuk ya?" perlahan membuka pintu kamar Jenni, William mulai masuk dan mennyaksikan Jenni yang sedang tertidur pulas yang masih memakai dress merah muda.
William mulai menghampiri Jenni yang sedang tertidur nyenyak dan duduk disisi Jenni sambil memperhatikan wajah imut Jenni dari mulai matanya yang sedang terpejam dengan bulu-bulu lentik yang menghiasi, hidungnya, rambut hitam begelombang, kulitnya yang halus, serta bibir tipis merah jambunya membuat hati William berdegup kencang.
belum puas memandang sekarang William dikejutkan dengan Jenni yang mulai menarik tangannya mencoba menahan agar tidak terjatuh namun William kehilangan keseimbangan sehingga jatuh di atas tubuh Jenni saat ini posisi William memeluk tubuh mungil Jenni.
"arghhhhhhhhhhhhh ....
kenapa jantungku berdetak kencang dan dadaku terasa sesak sekali.
William mencoba melepaskan lingkaran tangan Jenni yang memilit di tubuhnya namun Jenni menguatkan pelukannya sehingga membuat William tidak bisa bergerak dan hanya bisa pasrah untuk saat ini.
sesekali William mendengar suara deru desah nafas Jenni yang begitu menggoda meskipun sedang lelap tertidur, aroma tubuhnya begitu harum membuat nya terpikat dan mulai membangunkan hasrat laki-lakinya.
"apa yang aku pikirkan....? tidak mungkin aku jatuh cinta padanya itu sangat mustahil"
berusaha meyakinkan dirinya William mulai bangkit dari atas tubuh Jenni.
"Kakak..... Jangan pergi" bahkan dalam mimpinya saja Jenni masih membawa kakanya masuk kedalam imajinasinya tersebut.
tanpa berpikir panjang William yang mendengarnya langsung merubah posisi tidurnya yang semula berbaring diatas tubuh Jenni namun sekarang malah berbaring disamping tubuh Jenni kini mereka tertidur dengan posisi saling berhadapan-hadapan.
William begitu leluasa memandangi Jenni hanya saja mereka tidak bisa saling menatap karena Jenni tidurnya terlalu pulas.
"Jenni kenapa kau selalu membuatku bingung setiap kali bersamamu...."
umpatnya dalam hati sambil menatap wajah polos jenni dengan sesekali menyeka rambut yang menyelimuti wajah mungil Jenni.
tanpa disadari ada perasaan yang mulai tumbuh di hatinya untuk Jenni namun William tidak pernah menyadarinya dia selalu berusaha memungkiri hatinya.
ketika ingat kejadian dimasa lalu William sangat ingin melenyapkan gadis itu namun disisi lain William selalu merasa kasihan ketika melihat wajah Jenni ada rasa takut kehilangan yang menyelimuti dadanya.