Pradita menatap senjata Bara yang besar, mencuat, dan menantangnya bagaikan sebilang pedang tumpul yang kekar. Ia telah basah, begitu pula Bara. Ujung senjatanya telah menyentuh pintu masuk Pradita yang basah dan membuat rasa geli berbalur gairah membara.
Bara mencari-cari lubang yang tepat hingga akhirnya kepala senjatanya berhasil menembus ke dalam sana. Pradita tak menyangka jika rasanya akan senikmat ini, padahal semua ini baru permulaan yang sangat awal.
"Yank, aku lupa. Harusnya aku pake pengaman dulu," ucap Bara sambil terengah-engah.
Bara pun merogok celana panjangnya yang teronggok di lantai. Setelah itu, ia membuka dusnya dan mengeluarkan bungkus kecil berbentuk persegi. Dengan ragu, Bara membuka plastik pembungkusnya.
Sebuah aroma harum yang lembut menguar dari bungkus itu. Namun, tetap saja, karena benda itu terbuat dari latex, masih ada aroma karet yang sedikit mengganggu. Bukan masalah. Pradita tidak peduli akan hal itu.