Bara menggelengkan kepalanya dengan sedih. Apa yang Bara ucapkan membuat Pradita melongo dan sulit untuk berkata-kata.
"Bara … kamu itu …" Pradita menarik napas dan berusaha mencari kata-kata yang tepat sambil menahan air mata yang nyaris tumpah di pipinya. "Kamu itu keterlaluan!"
"Ya, aku tau. Aku benci sifat cemburu aku. Aku bisa baik-baik aja meski liat kamu ngobrol atau deket sama cowok lain. Tapi aku gak bisa tinggal diam kalau liat kamu deket-deket sama si Danu. Aku cemburu cuman sama dia doang. Andai aku jadi Danu, aku bisa deket sama kamu tanpa susah payah. Cuman, kalau aku jadi diri aku sendiri, kamu udah gak akan mau lagi sama aku."
Dan air mata itu pun berhasil membasahi pipinya. "Ke-kenapa kamu bilang itu?" tanya Pradita dengan suara yang bergetar.
"Itu karena aku tahu kalau kamu benci sama aku."
Pradita menyusut air matanya. "Aku … aku gak benci sama kamu."