Pepohonan yang rindang melindungi Pradita dan Bara dari teriknya sinar matahari. Pradita menggerak-gerakkan kakinya sambil memutar-mutarnya perlahan.
"Masih sakit gak kakinya?" tanya Bara.
"Gak juga. Udah lumayan sih. Kayaknya kamu gak usah manggil tukang urut deh. Udah gak apa-apa. Nanti aku tinggal pake koyo aja," kata Pradita.
"Yakin? Kamu gak suka dipijet ya?"
"Bukannya gak suka, cuman aku takut aja. Nanti kayak waktu itu aku dibatek." Pradita tampak cemberut.
Bara terkekeh pelan. Sejak tadi melihatnya tegang terus dan baru sekarang lelaki itu bisa tersenyum dan tertawa. Pradita jadi merasa sedikit lebih santai.
"Kamu tuh ada-ada aja, Dit. Kamu inget waktu dipijet di Ko Lim ya?"
"Iya bener!" seru Pradita. "Kamu bilang, aku gak akan apa-apa. Tau-tau aku dibatek, ya kan?"
Bara masih terkekeh. "Iya bener. Ya, aku mana tau si Ko Lim bakalan ngapain tangan kamu. Ngomong-ngomong, kenapa sih waktu itu tangan kamu sampe terkilir? Kamu gak mau cerita sama aku."