Apakah keputusan Bara untuk datang ke Yogayakarta itu salah? Bagaimana bisa setelah ia mengutarakan perasaannya pada Pradita, gadis itu malah pergi meninggalkannya?
Hati Bara terasa pedih bagai ditusuk-tusuk pisau beracun. Padahal ia telah dengan tulus mengatakan bahwa ia masih sangat menyayangi Pradita. Apakah semua ini karena ia terlambat untuk menghampiri Pradita?
Satu tahun berlalu dengan sia-sia. Bara seharusnya fokus saja pada kuliahnya. Namun, sekuat apa pun ia berusaha untuk fokus, ia tetap saja memikirkan Pradita dan terus berharap jika gadis itu mau menerima lagi cintanya.
Apa yang harus ia lakukan agar ia bisa kembali dengan Pradita? Apakah usahanya masih belum juga cukup?
Bara mendecak kesal sambil melempar bantalnya ke arah TV yang menyala. Apakah lebih baik menjadi pria berengsek seperti kata-kata Pradita tadi? Ia bisa menyombongkan dirinya sendiri. Selama ini ia tidak pernah kesulitan untuk mendapatkan seorang teman kencan.