"Hai, Danu, Dita!" sapa Resti yang sedang jajan sesuatu di depan toko roti.
Mendengar Resti menyapa Pradita membuatnya menyadari bahwa namanya dengan nama Danu sama-sama berunsur D.
"Wah, jajan apaan lu, Res?" tanya Danu.
"Nih. Gua lagi mesen martabak. Bentuknya sih kayak martabak, tapi namanya bukan itu. Tadi apa namanya, Mang? Eh, Pak? Mas?" Lidah Resti terpeleset.
"Leker, Mbak. Modelnya memang mirip sama martabak."
Sang tukang leker pun memberi toping meses, keju, dan pisang di atas adonan martabak itu. Resti melebarkan matanya sambil tersenyum. "Wah, ini pasti enak banget."
Setelah makanannya selesai, Resti mencobanya. "Ih, enak banget. Lu mau cobain, Dit?"
"Mau dong." Pradita pun mencoba makanan bernama leker yang penampakannya tidak jauh berbeda dengan martabak. Rasanya memang enak, manis, dan gurih. Ya, tidak ada bedanya dengan martabak di Bandung.
"Eh, yang lain masih pada jajan roti ya?" tanya Danu. "Lu gak beli roti, Dit?"