"Udah jam sembilan!" seru Bara agak kesal. Pokoknya, ia ingin mengantarkan Via pulang. Titik. "Aku gak mau ambil resiko, nanti mama kamu marah sama aku. Aku kan harus tanggung jawab untuk nganterin kamu pulang."
Via cemberut. "Ya udah deh."
"Kamu kan bakalan jadi adek tiri aku. Mulai sekarang, kamu harus nurut sama aku, oke?"
"Hah?" Via menatap Bara tak percaya. "Hmmm, ya udah."
"Kamu itu gak boleh pulang malem-malem, bahaya. Mendingan, kamu telepon juga tuh si April. Tanyain, dia ada di mana sekarang?"
"Ah, gak mau," tolak Via. "Biarin aja. Lagian dia kan udah gede. Udah, antepin aja."
Bara mendecak kesal. "Kamu kok ngomongnya gitu sih? Gimana kalau terjadi sesuatu sama dia?"
"Gak mungkin lah. Dia mah paling juga sama pacarnya."
"Wah baru SMP udah punya pacar. Hebat banget tuh si April," ujar Bara.
Wajah Via malah semakin cemberut. "Gak kayak aku ya, udah segede gini belum tau yang namanya pacaran kayak gimana."