Danu merasa seperti ada pisau tajam yang menusuk hatinya. Ia menunduk dan menatap dadanya yang mengeluarkan darah tak kasatmata. Apa kupingnya tidak salah dengar? Ia pasti sedang bermimpi.
"Rin, kita kan—"
"Aku gak mau tau!" bentak Arini. "Kita putus aja. Oke?"
Arini berbalik dan meninggalkan Danu, tapi ia tidak akan tinggal diam begitu saja. Danu berlari mengejar Arini dan memeluknya dari belakang.
"Please! Jangan putusin aku!" ucap Danu dengan rasa takut yang menjalari tubuhnya begitu cepat seperti kabut di depan kamarnya tadi pagi.
Arini terdiam sejenak sambil terisak. Danu tahu jika Arini selalu senang jika Danu memeluknya. Ia tidak peduli meskipun ada murid lain yang melihat mereka, asal jangan guru. Tempat ini sangat sepi dan kosong karena anak-anak yang lain sedang bermain di lapangan.
"Kenapa sih, Nu kamu kayak gitu sama aku? Kamu itu udah bikin aku kecewa banget," ujar Arini dengan suara yang bergetar.