Bara menatap wajah cowok songong itu dengan penuh kebencian. Entahlah, bagaimana bisa perasaan benci merayapinya begitu cepat hanya dengan menatap wajahnya.
Bara harus lebih sabar lagi saat melihat Danu dan Arini yang berjalan perlahan menghampiri mereka. Arini berbicara pelan dengan Danu, tapi Bara bisa mendengarnya.
"Nu, udah kita maen yang laen aja yuk," cicitnya pelan.
Danu menautkan alisnya tanda ia tidak setuju. Ia sedang mengeraskan tangannya, menahan Arini untuk tetap di tempat ini. Bara melipat kedua tangannya di dada, bersikap seolah menantangnya kembali.
Danu menautkan alisnya sambil membalas tatapan Bara. "Kita maen ini aja, Rin. Siapa tau kita menang."
Arini mengernyitkan wajahnya tidak suka. Bara tahu jika gadis itu tidak setuju dengan keputusan Danu. Mengingat permainan badminton Arini yang super payah, membuat peluang menang tampak begitu nyata di hadapan Bara.