Malam itu Pradita mendapati ibunya pulang tengah malam. Ia mendengar ibunya memasak air di dapur untuk mandi. Sejak tadi, ia diam saja di kamarnya dan tidak ingin menghampiri ibunya.
Ia merasa sedih dan miris karena ibunya tega pergi seharian dan tidak menyapa dirinya sama sekali. Padahal ia menangisi ibunya dan juga kondisi yang tengah terjadi di dalam rumahnya. Seandainya saja ibunya tahu jika ia sangat kehilangan ibunya jika ibunya sampai pergi, tapi tentu saja tidak.
Ibunya lebih mementingkan egonya sendiri daripada memikirkan hati dan perasaan Pradita. Dan lagi, saat melihat Pralinka membentak ayahnya sambil menyalahkan ayahnya, Pradita merasa berkali lipat lebih sedih lagi.
Padahal, ayahnya baru saja bertengkar dengan ibunya, ia pun masih harus menghadapi Pralinka yang berubah menjadi galak. Pradita tidak banyak bicara dengan ayahnya mengenai hal itu. Setidaknya, ia bisa menemani ayahnya agar ayahnya itu tidak merasa sendirian.