"Ayank, kamu lagi apa?" tanya Bara sambil menghampirinya.
Pradita terkejut dan kemudian menoleh. "Eh, aku lagi liat ke taman. Enaknya kalau rumah punya taman yang luas kayak gitu. Rumah aku luasnya paling cuman setengahnya taman kamu."
Bara tersenyum miring. "Yank, tunggu bentar ya. Mbak Nis lagi ambilin minum."
"Oh, oke."
Pradita duduk di sofa dengan canggung. Ia tampak senyum-senyum. "Rumah kamu beneran enak banget. Lantainya dingin, langit-langitnya tinggi, sofanya gede, temboknya putih persih."
"Rumah kamu juga lantainya dingin kok. Temboknya juga putih. Sama aja kan."
"Gak lah."
"Eh, Yank, kita ngobrol di belakang yuk," ajak Bara.
"Gak mau ah." Pradita menggerakkan tangannya. "Malu aku. Udah, aku diem di sini aja deh."
Bara menautkan alisnya. "Malu kenapa? Kan aku udah bilang tadi, kalau di rumah ini gak ada siapa-siapa."
Pradita menggaruk belakang kepalanya sambil menyeringai. "Kamu yakin?"