"Dit! Dita!" panggil Pralinka sambil mengguncang-guncang badan Pradita.
Matanya masih lengket dan badannya lemas sekali. Pradita tidak mau bangun, ia masih mau tenggelam dalam mimpinya. Ia masih ingin berpelukan dengan pria tampan di mimpinya itu.
"Dita! Kamu gak mau bangun?!" tanya Pralinka menaikkan suaranya satu oktaf.
"Hmmm," gumam Pradita malas.
"Ayo, nanti telat!" Pralinka menggeplak pantat Pradita dengan keras.
"Auuww! Sakit tau!" protes Pradita dengan suara parau.
"Kamu mau ibadah apa gak?"
"Gak. Kakak duluan aja. Aku mau pergi sama Bara."
"Eeh! Ibadah dulu dong baru pacaran. Gimana sih?"
Pradita langsung duduk. "Aku pergi sama Bara buat ibadah, bukan pacaran!"
"Oh. Kirain. Ya udah kenapa gak bareng sama Kakak?"
Pradita terkekeh sambil menggaruk-garuk kepalanya. Matanya masih menempel separuh dan penglihatannya buram. "Malu dong, Kak. Aku kan gak enak, jadinya aku ibadah jam ke dua aja."