Pradita kesal, marah, dan kecewa luar biasa. Ia sengaja mematikan teleponnya dan tidak mau berhubungan dengan dunia luar. Jadi, ia menghabiskan sisa sore itu dengan pulang ke rumahnya dan mengurung diri di kamarnya.
Ia melempar tas dan mengganti baju seragamnya dengan kaus usang dan celana pendek. Dan akhirnya, sang bantal yang menjadi korban keganasan Pradita.
Ia meremas, memukul, dan menggigit bantal itu sambil berteriak-teriak. Syukurlah di rumahnya tidak ada siapa-siapa. Orang tuanya masih bekerja dan kakaknya, Pralinka sedang pergi bersama teman-temannya entah apa pacarnya.
Perasaannya campur aduk dan ia tidak peduli lagi dengan hatinya yang terus menerus membela Bara bahwa gadis yang bernama Trian itulah yang memaksa-maksa Bara untuk menempel terus padanya.
Yang ada di mata Pradita saat itu, Bara adalah seorang lelaki pengkhianat yang tega membuat hatinya menjadi sedih dan terluka di saat yang bersamaan. Bara seharusnya tahu jika Pradita ada di sana dan melihat semuanya.