"Uhm, iya ya," ujar Pradtita. "Aku gak ngerti deh. Rasanya kesel aja gitu liat si Danu malah lebih ngebelain Arini daripada aku. Kayak waktu itu aku gak sengaja mukul bola voli sampe kena mukanya si Arini. Si Danu itu gak belain aku sama sekali."
Bara tersenyum. "Namanya pacar ya pasti belain pacar lah."
"Di mana-mana juga harusnya belain sahabat dulu dong, pacar belakangan," protes Pradita.
"Gak dong, Yank. Kalau aku harus dikasih pilihan harus belain kamu atau Mbak Romlah, ya aku belain kamu dulu dong karena sebagai sahabat yang baik, Mbak Romlah gak akan cemburu dan biarin pacar aku sampai kenapa-kenapa. Gitu, Yank."
Pradita menggaruk-garuk kulit kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Jadi, menurut kamu, aku ini cemburu gitu?"
"Ya, udah jelas. Kamu cemburu karena sahabat kamu malah deket sama pacarnya terus. Wajarlah. Namanya juga pacaran. Sama aja kayak kita. Kan kita juga deket terus kan?"
Pradita meringis. "Ya, gak juga lah. Kalau di kelas kan kita masing-masing."