Sepanjang jalan, Bara terus menerus mengingat ciuman itu. Padahal sebelumnya ia bermaksud untuk membuat Pradita ge er dengan pura-pura menciumnya, tapi ia akan berbelok dan menggodainya. Ia sudah bercita-cita untuk melihat wajah Pradita yang kaget saat ciuman itu ternyata tidak jadi.
Eh, Pradita malah benar-benar menciumnya di bibir. Ia sungguh tidak menyangka jika Pradita seberani itu. Sekarang malah dia yang jadi ge er sendiri. Jantungnya terus menerus berdetak cepat setiap kali ia ingat ciuman itu.
"Gak boleh! Gak boleh!" keluh Bara. Ia jadi marah-marah sendiri.
Tujuan ia memacari Pradita bukan karena ia sungguh-sungguh menyukai Pradita. Ya, dia memang menyukai gadis itu dengan segala kepolosannya. Meski begitu, Bara tidak begitu suka gadis yang pemarah atau bersikap preman seperti itu.