"Abare! buka pintunya! aku ingin bicara!"
Abare menutup telinganya, dia buru-buru menghampiri Momoi DNA memasangkan penutup telinga pada anaknya. Tidak ingin buah hatinya itu mendengar ucapan kasar dari mulut Momo.
Bukannya Abare takut dengan Momo, tapi Abare hanya malas meladeni perilaku Momo yang semkin hari semakin menjadi-jadi. Abare benar-benar lelah dan ingin menikmati waktunya sendirian. Rasanya ia benar-benar tertekan bila harus mendengarkan semua perkataan yang isinya hanya tudurhan dan tuduhan saja setiap hari.
Kalau boleh jujur, dalam satu hari Momo pasti akan marah-marah dan mencurigai Abare. Bagaimana Abare tidak muak kalau begitu? bahkan tidak sekali dua kali Abare menjemput Momoi dan menginap di hotel bersama putrinya itu. Tentu saj aalasannya adalah agar telinga dia tidak panas menghadapi ocehan Momo tanpa henti.
