"hiks hiks, tolong..."
Tak ada satu pun yang dapat mendengar Higumi sekarang. Higumi sudah tak punya tenaga untuk berteriak, rasa sakit di perutnya yang sudah hampir membuatnya pingsan itu sekarang bertambah sakit menjadi dua kali lipat lebih sakit daripada yang tadi ia rasakan.
Higumi hampir tak dapat bernapas, suaranya tercekat. Dadanya terasa hendak terbakar. Padahal cairan yang disuntikkan tadi itu sangat sedikit, dan disuntikkan langsung ke perutnya. Pastinya yang lebih dulu terkena dampak dari obat suntikan itu adalah bayinya.
Tak ada air mata yang dapat dikeluarkan oleh Higumi lagi, matanya sudah kering, hatinya serasa hancur. Sudah dipastikan bayi yang ia kandung sekarang telah tidak bernyawa.
"Maafkan Okaa-San," ucap Higumi. Ia memejamkan matanya dan mengigit bibirnya sebagai pelampiasan rasa sakitnya yang terakhir. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu. Gagal menjaga calon buah hatinya dan gagal menjadi ibu yang baik.