"Hiks hiks."
Higumi menutup mulutnya, ia masih terisak dan bersembunyi di balik pohon besar yang ada di hutan itu. Ia tak tahu harus bersembunyi di mana lagi, karena tak ada tempat yang cocok untuk dijadikan tempat persembunyian. Rasanya Higumi tak kuat lagi untuk berlari, perutnya sudah sangat sakit. Dan kakinya sudah bergetar dan lemas. Tak ada lagi kekuatan bagi Higumi untuk berlari.
"Perutku sakit sekali," ucap Higumi. Ia memegangi perutnya yang rasanya sudah seperti remuk itu.
Higumi menenok ke kakinya, karena ia merasakan ada sesuatu yang menetes. Dan benar saja, ada cairan berwarna merah yang merembes, mengalir sedikit demi sedikit dari celah paha Higumi.
Higumi panik, ia mengalami pendarahan. Pantas saja perutnya terasa sangat sakit, rupanya ia mengalami pendarahan lagi.