"Mochi, seharusnya kau tidak perlu repot-repot untuk ikut bersamaku. Aku pergi melihat kawasan baru yang dapat dijadikan sebagai tempat usaha nanti, pasti akan melelahkan bagimu kalau kau ikut bersamaku," ujar Abare. Ia mengusap kepala Leony pelan, membenarkan poni yang tertiup angin kencang karena kaca mobil yang mereka tumpangi itu dibuka.
"Aku tidak akan lelah kalau hanya melakukan perjalanan seperti ini. Lagipula sesampainya di sana aku tidak akan disuruh main sepak bola juga kan? tenang saja Abare, aku tidak akan kelelahan seperti yang kau bayangkan itu." Leony bersender di lengan berotot Abare dan memeluk Abare dengan mesra. Rasanya ia gemas sekali dengan lelaki yang terlalu mudah khawatir terhadapnya ini.
"Ya... kau itu kan mudah kempes, nanti kalau kelelahan kau bisa kempes seperti balon kurang udara," balas Abare sembarang. Ia tak mau kalah dengan Leony.
"Lalu mau bagaimana hm? masa iya aku ditinggal di tengah jalan begini?" tanya Leony.