Chereads / Kau Yang Berasal Dari Alam Lain / Chapter 21 - Hampir saja ia di seret hidup-hidup

Chapter 21 - Hampir saja ia di seret hidup-hidup

"Kau bisa membantuku" jawab Abiseka secepat kilat mengambil dua buah batang kayu, pada bagian ujungnya terdapat api yang berkobar-kobar. Ketika ternyata dengan mudah rombongan Serigala mencari jalan lain untuk mengepung ketiganya.

"Bawa Adi ke dalam gua. Kau masih ingat jalan menuju kesana bukan?" lanjut Abiseka berusaha menghalau kawanan serigala dengan kayu bakar.

Abiseka memukulkan salah satu kayu yang panas tersebut ke serigala terdekat dari jarak dimana Retno berada. Ia terus berputar hingga ada jalan keluar bagi Adi dan Retno.

Setelah Retno dan Adi mulai terpisah darinya, ia membiarkan ketiga serigala itu mengepungnya kembali. Paling tidak, ada kesempatan bagi Adi dan Retno melarikan diri.

"Kenapa hanya kami? Kau juga harus ikut pergi"

"Kayu ini tidak akan bisa bertahan lama. Cepat bawa Adi!!" Abiseka mendorong Gadis itu kearah Adi, dengan cara sengaja menghembuskan angin ke arah Retno menuju Adi.

"Hey, ayo pergi. Dia kan penguasa hutan. Mana ada makhluk hutan yang bisa mencelakainya?" Adi mencengkeram kedua bahu Retno agar mau pergi bersamanya.

"Kau itu petarung andalan Kerajaan Wijaya. Puluhan peperangan sudah kamu menangkan. Jangan tinggalkan Abiseka sendiri" protes Gisell kesal melihat tindakan pengecut dari Angga.

"Kalau bisa menghindar untuk bertarung, kenapa harus bertarung? jangan banyak omong," geram angga.

Mengajak lari seorang gadis sementara gadis tersebut mengenakan jarik akan sangat merepotkan baginya. Secara insting Angga ingin bertahan hidup ia, mengangkat Gisel dan menopangnya dengan bahu kirinya.

"Dimana letak guanya?"

"Lepas!! kamu harus bantu Abi!!" teriak Gisell mencoba memberontak.

Grrrrrr

Angga menegang melihat dia dan Gisell sudah dikelilingi sepuluh ekor serigala sekarang. Tidak ada jalan lain untuk menghindar.

Perlahan ingatan masa lalu Adi bermunculan. Segala kemampuan bela dirinya mulai terbangkitkan. Ketika satu ekor serigala akan menerkam Retno, dengan refleks Adi langsung menarik Retno ke arahnya.

Ia menjejakkan kaki ke tanah, lalu melompat melayang. Kakinya mengayun seringan kapas, memanjat pohon naik terus hingga ke puncak pohon sambil terus memeluk Retno.

"Duduk yang manis disini. Jadi anak baik oke," kata Adi mengulas senyuman lalu menepuk-nepuk kepala Retno lembut.

Gisell terkesiap sejenak. Pikirannya kosong karena hampir saja ia di seret hidup-hidup oleh salah satu serigala.

Itu... itu senyuman Adi. Apa Adi sudah kembali? Apa Angga sudah pergi? Apa Adi kembali karena aku? batin Gisell sambil memperhatikan Adi yang melompat turun ke bawah.

Lompatannya jauh dari pohon tempat Gisell berlindung. Sehingga semua serigala yang sibuk mencakari pohon sekaligus melompat ingin menaiki pohon ini, berganti target ingin menyerang Adi.

Sriiiiiing!!

Adi mengambil pedang dari sarung pedangnya kemudian dengan berani mengacungkan pedang ini, pada kawanan serigala yang tidak kuasa menahan air liurnya hingga terus mengucur keluar dari tempatnya.

Lima ekor serigala melompat akan menyerang Adi secara bersamaan. Pria itu mengibaskan pedang ke arah lima serigala tersebut. Tapi anehnya, sebelum pedangnya sempat menembus kulit berbulu itu, lawannya sudah jatuh terkapar duluan.

Lima serigala lainnya meradang melihat saudaranya diserang hingga terbujur kaku secepat kilat. Mereka memutuskan untuk menyerang bersama dari arah yang berbeda. Untuk mengecoh mangsa mereka agar mudah ditakhlukkan.

Lagi-lagi Pria muda ini mengibaskan pedang ke depan, berputar menyerang musuh di belakang, menyodok dan menusukkan pedang ke arah kiri lalu kanan!

Seolah usahanya hanyalah sia-sia belaka karena sebelum ia sempat melukai lima serigala yang tersisa itu, mereka sudah mati duluan. Adi baru sadar kesepuluh serigala tersebut selalu mati mendadak, dan bangkai mereka langsung menjadi kaku.

Adi segera membantu Abiseka yang masih bertarung sengit dengan tiga Serigala lainnya. Entah kenapa, mendadak mereka sangat kompak dalam bertarung. Seolah sudah lama berlatih bertarung sebagai sebuah tim kecil.

Pakai kekuatanmu sekarang bodoh!!

kini tidak hanya teks tapi suara melengking dari seorang bocah laki-laki terdengar nyaring di telinga Angga.

Tubuh ini punya kekuatan? kenapa tidak bilang dari awal?! bocah sialan!! maki Angga dalam hati, dengan sepenuh hati.

Hanya dua kekuatan yang akan aku beritahukan khusus pemeran utama Pria film kolosal ini. Bagaimana, baik kan, aku...

a) Ilmu pembeku darah

b) Ilmu menebas seribu pedang

Arrrgh!!

pekik Angga dalam raga Adi begitu merasakan gigitan tak terelakkan dari seekor serigala.

Tanpa ragu Angga menancapkan pedangnya langsung ke perut sang serigala. Untung saja gigitannya tidak dapat memotong tangan Adi. Jelas karena serigala itu mati ditangan Angga baru saja.

Karena tangannya yang bebas sedang terluka parah, ia memencet tombol a dengan menyentuhkan ujung pedangnya ke layar transparan di depannya.

Menggunakan ilmu pembeku darah

ya. tidak.

Tentu saja ia memilih pilihan ya.

"Apa kau pikir kita sedang bermain perang-perangan? serius sedikit!!" bentak Abiseka melihat tingkah aneh Abi sedari tadi.

Bruk!!

Bruk!!

"Eh," keduanya terkejut melihat dua serigala terakhir ambruk ke tanah dengan keadaan kaku.

Abiseka melirik ke arah Adi curiga.

"Kau menggunakan ilmu pembeku darah?" Abiseka menaikkan satu alis.

"Bagaimana kamu tau?"

"Kau pikir yang memiliki ilmu seperti itu hanya kau seorang? jangan bermimpi" kekeh Abiseka meremehkan.

Akan kubiarkan kau berlagak sok hebat di depanku. Tapi hanya hari ini saja. Lagi pula aku harus menghentikan pendarahan di lengan ini. Kalau tidak, luka ini akan infeksi. batin Angga menahan amarah.

"Jangan bilang kau ingin menggunakan ilmu pembeku darah untuk mengobati luka gigitan itu?!" seru Abiseka setelah melihat tangan Adi yang sehat akan menangkup luka gigitan di lengan yang tergigit.

"Memang kenapa?"

"Kau belajar ilmu itu dari guru mana huh? kalau ku biarkan kau, menggunakan ilmu pembeku darah secara serampangan dengan cara begini, akan sangat membahayakan nyawamu!" bentak Abiseka.

Tentu saja Abiseka tidak akan membiarkan tubuh keduanya dihancurkan oleh si pencuri misterius tepat di sampingnya ini.

"Ilmu pembeku darah fungsinya membekukan darah, sekaligus jantung. Kau tahu kan, apa akibatnya kalau jantungmu berhenti berdetak selama 12 jam?" tambah Abiseka menjelaskan dengan terperinci.

Adi mulai paham kenapa dia dipandang bodoh oleh si penguasa hutan. Pria itu tidak sejahat yang dipikirkannya selama ini rupanya.

"Kau meninggalkan Retno lagi?!" tanya Abiseka menatap tajam sekaligus penuh ancaman pada Adi sekarang.

"Dia diatas sana" sahut Adi sambil menunjuk puncak pohon beringin sejauh lima jengkal dari tempat mereka berdiri.

Tanpa ragu Adi berlari ke arah Retno berada.

"Retno ayo turun"

"Aku takut jatuh. Jarik ini membuatku tidak leluasa berpijak di atas sini" keluh Retno memelas.

"Kalau begitu lompatlah" Abiseka memberi instruksi.

Adi mengulurkan dua tangannya ke atas bersiap menangkap Retno.

Apa Adi bodoh? lengannya terluka parah begitu, batin Gisell ragu-ragu. Gadis ini mengira Adi asli benar-banar kembali.

"Retno, percaya padaku. Kau akan turun dengan aman" tambah Abiseka. Kali ini ia juga mengulurkan dua tangannya.

Gadis yang sedang bertengger di atas pohon beringin tersebut terpana. Ia harus membuat pilihan terbaik bukan? akhirnya dia melompat. Bukan kepelukan Adi yang sedang terluka parah. Tapi kepelukan Abiseka.

Mana mungkin ia membuat lengan seorang Senopati Mahasura Adiwilaga yang terluka parah, menjadi jauh lebih memburuk lagi?! Dia adalah kebanggaan Kerajaan Wijaya. Kebanggan Raja Upasama Wacika. Juga harapan bagi seluruh Rakyat.