Chereads / Mrs. Failed Hates her Husband / Chapter 1 - Alasan Membenci

Mrs. Failed Hates her Husband

Axe_Ashcielly23
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Alasan Membenci

Wuuuuzzz...

Hembusan angin kencang menerpa tubuh, menggerakan rambut yang terurai panjang hingga terkadang sampai menutupi wajah.

Pandangannya sayu, sedih bercampur bahagia.

Dia,

Shielya Siha, wanita berwajah lonjong dengan senyum cekung di pipinya.

Kulitnya memang tidak seputih salju meskipun demikian tubuhnya terlihat cerah alami.

Wanita itu terlihat sedang berdiri di sebuah taman yang dipenuhi dengan tumbuhan bunga-bunga mawar merah sembari memandang punggung seorang laki-laki tinggi dan berwajah manis, yang apabila dipandang, mata siapapun tak akan pernah bosan untuk melihatnya.

Detak jantungnya memompa kencang,

Hatinya mulai bergumam, ' tanpanya aku bukanlah apa-apa, aku hanyalah wanita dari kalangan masyarakat biasa yang selalu berjuang dan berusaha tetapi selalu gagal karena tidak memiliki kelebihan dalam bidang apapun kecuali hanya belajar saja, sungguh benar Penelitian membuktikan bahwa kemampuan dan kecerdasan laki-laki jauh melebihi wanita dan aku mengakuinya.

Sekeras apapun aku belajar, aku tidak akan pernah bisa mengalahkannya dan aku sudah mencobanya, berkali-kali mencobanya namun tetap saja gagal.'

*********

5 Tahun yang lalu

"Menikahlah denganku." Seorang laki-laki mengajukan lamaran pernikahan tepat di hari kelulusan wisudanya.

"Aku tidak ingin menikah, tidak akan pernah menikah sampai matipun." Tolak seorang wanita yang tampak mengenakan pakaian wisudanya dan mulai melepas toga di kepala karena gerah.

Di depan sebuah gedung jurusan tempat dulunya mereka menimbah ilmu, di antara begitu banyak kerumunan para wisudawan dan keluarga mereka, di tengah-tengah keramaian hiruk pikuk di sana dengan kesibukan dan kepentingan diri masing-masing, Sebuah lamaran pernikahan telah di tolak mentah-mentah pada hari itu.

Laki-laki itu tersenyum,

Senyuman manis yang membuat wajah manisnya semakin mempesona.

Alis matanya yang tebal di tambah dengan bola mata coklat dan potongan rambut rapi, sedikit naik ke atas, sungguh siapapun wanita yang berada di sana akan tergoda dengan wajahnya itu, kulitnya sendiri berwarna putih, lebih cerah dibandingkan dengan kulit wanita dihadapannya, tetapi entah mengapa semua orang yang bertemu dengan laki-laki tersebut, menyatakan bahwa dia lebih tepat disebut dengan laki-laki manis.

"Baiklah kalau kamu menolak, tapi sangat disayangkan bukan? Karena sampai matipun kamu tidak akan pernah bisa mengalahkanku dalam segala hal, bahkan keahlian belajarmu sekalipun tidak akan lagi berguna karena di kota ini, hanya akulah satu-satunya orang yang tidak dapat kamu kalahkan." Ucapan laki-laki itu terdengar begitu tenang tetapi memiliki makna yang mampu membuat hati wanita yang baru lulus kuliah itu tersentak lalu terdiam dan memikirkan ulang lamaran pernikahan yang diajukan laki-laki di hadapannya. "Kalau kamu menolak kesempatan bersaing denganku, maka selamanya kamu tidak akan bisa mengalahkanku, karena aku akan merantau keluar negeri." Tambah laki-laki tersebut meyakinkan.

" Tidak ada lagi yang harus dipertandingkan, kita tidak lagi sekolah, kita tidak lagi kuliah, jadi untuk apa bertanding lagi. Ahh.. aku kalah, aku menyerah, Cih, padahal IPK hanya berbeda 0.1 saja darimu, huh.. menyebalkan." Wanita itu mulai kesal, raut wajah yang tadinya sedih karena tidak memiliki satu keluargapun yang menemaninya di hari kelulusan wisuda saat itu berubah menjadi kesal dan penuh amarah, mengingat kembali masa-masa sekolahnya yang selalu kalah dari laki-laki di hadapannya.

Laki-laki berkulit putih dengan senyuman mempesona terlihat mulai sedikit senang, Entah mengapa. "Sukses."

"Apa?" wanita itu mengerutkan dahi mendengar ucapan laki-laki di hadapannya.

"Diantara kita berdua yang memiliki kekayaan lebih banyak selama 5 tahun kedepan, dialah yang akan jadi pemenangnya, dan yang kalah harus siap menuruti perintah pemenang selama 1 tahun lamanya. Lalu orang yang membatalkan perjanjian berarti dia kalah."

"Hm, begitu ya,"

Hari itu wanita tersebut sangat sombong karena merasa dirinya akan menang. "Setuju."

Dia yang memang telah terbiasa bekerja keras selama sekolah hingga kuliah sangat yakin bahwa dirinya akan memenangkan pertaruhan tersebut.

Di tambah lagi, jika ia memenangkan pertaruhan tersebut, dia bisa leluasa memerintah laki-laki yang selama ini selalu mengalahkannya di sekolah dalam bidang apapun dan membalas dendam atas kekalahannya selama ini.

**********

3 Bulan setelah menikah.

Wanita itu membenci suaminya hingga pernah terpikirkan olehnya untuk menyudahi perjanjian menikah.

Dia membenci suaminya bukan karena, ...

"Aku mengandung anak Sean, Lihat itu buktinya!"

Seorang wanita berparas cantik dengan lekukan tubuh sempurna datang menghampiri Shiel di tempat kerjanya, di salah satu perusahaan besar, kota tempatnya tinggal.

Wanita yang saat itu telah bekerja sebagai seorang Costumer Service di sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler, dengan terpaksa mengambil waktu luang untuk menemui wanita cantik yang telah melempar beberapa lembar foto wanita itu bersama dengan suaminya ke wajah di dalam sebuah Cafe yang tak jauh dari Kantor kerjanya.

"Huh, Lalu?" Jawab santai Shiel, sepertinya wanita itu telah terbiasa dengan kemarahan banyaknya wanita akibat ulah dari suaminya.

"Apa?" Wanita di hadapan Shiel terlihat terkejut dengan reaksi yang diterima istri dari orang yang ia sukai, "Suruh dia bertanggung jawab!" perintah wanita itu, meminta bantuan Shiel dengan paksa.

Baaaakkk "Ya suruh saja sendiri," gebrakan meja terdengar keras hingga ke telinga semua pengunjung Cafe di sana."Dengar!, aku tidak peduli dia mau menikah lagi, aku tidak peduli dia mau menghamili wanita mana lagi, aku tidak mau tahu, itu bukan urusanku. Kubilang padamu dengan jelas, Aku menikahi Sean karena terpaksa, dipaksa, dan tidak dengan sukarela jadi jangan bawa aku lagi ke dalam masalah kalian berdua." Dengan geramnya wanita itu pergi dari sana, langkah lebar ditambah dengan senyuman kecut memperlihatkan keadaan kesal yang dialami hatinya.

Dipikirkan ulang, dipikirkan ulang.

Sepertinya ia sangat menyesal karena menerima lamaran dari teman semasa sekolahnya tersebut, namun ia masih bisa tersenyum kecut dan bergumam, 'kamu kira dengan begitu aku bisa menyerah lalu membiarkanmu menang.'

********

Bukan karena,

4 bulan setelah menikah.

Tatapan mereka saling beradu, seorang terlihat kesal, seorang lagi terlihat memandang dengan santai.

"Ceraikan putraku!"

"Suruh saja, dia menceraikanku." Wanita itu mengembalikan sebuah amplop berwarna krem yang tadinya bergeser ke arahnya. Sepertinya amplop tersebut berisi uang.

Saat itu, kedua wanita tersebut terlihat sedang duduk dan saling berhadapan.

"Ceraikan putraku, brengsek!" wanita tua yang duduk di seberang Shiel tidak tahan lagi hingga ia berdiri lalu menarik rambut istri dari putranya.

"Suruh dia menceraikanku, nenek lampir. Kamu kira aku mau menyerah begitu, haaaa..." Tarikan rambut dibalas dengan tarikan rambut.

Hari itu suasana cafe dihebohkan dengan pertengkaran antara mertua dan menantunya.

********

Wanita itu membencinya karena,

"Hahah viewersku bertambah, uangku juga bertambah, sebentar lagi aku kaya, hahaha." Tawa kebahagiaan terdengar ketika Shiel membuka pintu rumah lalu memandang seorang laki-laki sedang melakukan Live Streaming sebuah game yang akhir-akhir itu sedang populer di kalangan para remaja.

Hati yang kesal karena telah bertengkar dengan mertua, bertambah kesal karena melihat kesenangan laki-laki di hadapannya.

Langkah lebarnya mulai mendekati laki-laki yang tampak duduk di depan meja komputer tersebut tanpa menutup pintu, lalu tas yang berada di tangan ia angkat dan bakkk...

"Ibumu datang kepadaku, brengsek, sialan, " maki Shiel teramat marah sembari memukul kepala belakang laki-laki yang tengah menggenggam ponsel di tangan, hingga ponsel terjatuh lalu kursi putar laki-laki tersebut berbalik arah menghadap tubuh Shiel yang berdiri.

"Bagaimana kalau kamu menyerah saja?" tangan laki-laki itu dengan sigap meraih pergelangan tangan wanita tersebut, "sampai kapanpun, kamu tidak akan bisa mengalahkanku." Ucap laki-laki tersebut memberikan sindiran dengan senyuman manis yang mampu menambah kekesalan di dalam hati wanita yang saat itu sedang membungkuk, membalas pandangan mata laki-laki yang sedang duduk di kursi miliknya.

Wanita itu sangat membencinya, membenci keberuntungan laki-laki di hadapannya, membenci kekalahannya terhadap laki-laki tersebut, membenci karena dia diciptakan sebagai wanita yang begitu lemah.

Bersambung.